Sunat atau sirkumsisi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk mengangkat kulit kulup di ujung penis. Di banyak negara, termasuk Indonesia, sunat sering dikaitkan dengan tradisi agama dan budaya, tetapi dari sudut pandang medis, kapan waktu terbaik atau usia untuk melakukan sunat pada anak laki-laki?
Dikutip dari Mayo Clinic, sunat adalah tindakan bedah untuk menghilangkan kulup penis, yang biasanya dilakukan karena alasan kesehatan, agama, atau budaya.
Manfaat Sunat pada Kesehatan Anak
- Mengurangi risiko infeksi saluran kemih (ISK)
Bayi yang tidak disunat memiliki risiko lebih tinggi terkena ISK, terutama pada tahun pertama kehidupan.
- Menurunkan risiko penyakit menular seksual (PMS)
Penelitian menunjukkan sunat dapat mengurangi risiko HIV hingga 60% pada pria heteroseksual, serta menurunkan risiko infeksi HPV dan herpes genital.
- Mencegah masalah penis
Sunat dapat mencegah fimosis (kulup yang tidak bisa ditarik kembali) dan parafimosis, yang menyebabkan nyeri atau pembengkakan.
- Mengurangi risiko kanker penis dan prostat
Meski kanker penis jarang terjadi, risikonya lebih rendah pada pria yang disunat.
- Kebersihan lebih mudah
Penis yang disunat lebih mudah dibersihkan, meskipun pria yang tidak disunat juga bisa menjaga kebersihan dengan baik jika diajarkan dengan benar.
Namun, sunat juga memiliki risiko, seperti perdarahan, infeksi, atau komplikasi anestesi, meskipun angka kejadiannya rendah (1-2%) menurut National Library of Medicine.
Usia Ideal untuk Sunat
Secara medis, sunat dapat dilakukan pada usia berapa pun, tetapi usia tertentu dianggap lebih optimal berdasarkan pertimbangan kesehatan, pemulihan, dan dampak psikologis. Berikut ini penjelasan berdasarkan usia.
1. Bayi (0-12 Bulan)
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), sunat pada bayi, terutama dalam 10 hari pertama setelah lahir (sering kali dalam 48 jam), adalah waktu yang paling umum di banyak negara, seperti Amerika Serikat. Alasan utamanya bayi memiliki regenerasi sel yang lebih cepat, sehingga luka sunat sembuh dalam 3-10 hari. Pembuluh darah bayi juga lebih kecil, sehingga risiko perdarahan minimal.
Bayi pun tidak akan mengingat prosedur ini, sehingga tidak ada ketakutan atau fobia di kemudian hari. Bayi sering hanya memerlukan anestesi lokal atau midazolam, berbeda dengan anak yang lebih besar yang mungkin membutuhkan anestesi umum.
Studi yang diterbitkan di BMC Pediatrics (2012) menunjukkan sunat pada bayi di bawah 1 tahun memiliki lebih sedikit komplikasi dibandingkan usia yang lebih tua. Namun, sunat pada bayi tidak boleh dilakukan sembarangan. Kondisi bayi harus sehat, tidak prematur, dan tidak memiliki gangguan pembekuan darah atau kelainan genetik seperti hipospadia.
2. Balita dan anak pra-sekolah (1-5 Tahun)
Sunat pada usia ini kurang umum secara global, tetapi di beberapa budaya, seperti di Indonesia, dilakukan pada usia 6-12 tahun. Menurut Cleveland Clinic, sunat pada balita masih memiliki manfaat pemulihan yang relatif cepat, tetapi ada beberapa tantangan.
Anak mulai memahami prosedur dan mungkin merasa takut, yang dapat menyebabkan trauma psikologis. Anak yang aktif bergerak juga dapat memperlambat penyembuhan jika luka tergesek atau tergores.
3. Anak sekolah (6-12 Tahun)
Di Indonesia, usia ini adalah waktu yang paling umum untuk sunat, sering dilakukan saat libur sekolah. Namun, menurut secara internasional, usia ini kurang ideal. Hal ini karena anak sudah memiliki ingatan yang kuat, sehingga pengalaman nyeri atau ketakutan dapat memengaruhi mereka secara emosional.
Luka sunat pada anak yang lebih besar membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh (7-14 hari) dan mungkin memerlukan jahitan. Risiko perdarahan dan infeksi sedikit lebih tinggi dibandingkan pada bayi.
4. Remaja dan dewasa
Sunat pada usia remaja atau dewasa biasanya dilakukan karena alasan medis (misalnya fimosis) atau pilihan pribadi. Sunat pada usia ini aman, tetapi luka akan lebih besar, sering memerlukan jahitan, dan waktu pemulihan bisa mencapai 2-4 minggu.
Rasa malu atau kecemasan lebih besar, terutama jika prosedur dilakukan karena masalah medis. Prosedur pada dewasa sering lebih mahal karena membutuhkan perawatan tambahan.
Sunat aman dilakukan pada usia berapa pun selama kondisi kesehatan anak memungkinkan dan prosedur dilakukan oleh tenaga medis profesional. Namun, orang tua disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk menentukan waktu dan metode yang paling sesuai.