Nissan Motor mencatat rekor kerugian terbesar sepanjang sejarah perusahaan. Produsen mobil asal Jepang ini mengumumkan bahwa kerugian bersih mereka diperkirakan mencapai antara 700 miliar yen hingga 750 miliar yen, atau setara dengan sekitar Rp 87 triliun, untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2025. Angka ini jauh melampaui perkiraan sebelumnya yang hanya 80 miliar yen atau sekitar Rp 9,4 triliun.
Kerugian besar ini terjadi karena Nissan melakukan penurunan nilai aset secara besar-besaran sebagai bagian dari upaya restrukturisasi perusahaan. Langkah ini diambil di tengah masa sulit yang dialami Nissan, yang kini tengah berada di bawah kepemimpinan CEO baru, Ivan Espinosa.
Nissan catat rekor terbesar sepanjang sejarah karena mengalami penurunan nilai aset lebih dari 500 miliar yen di sejumlah wilayah seperti Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa, dan Jepang. Tak hanya itu, biaya tambahan untuk restrukturisasi juga diperkirakan akan melebihi 60 miliar yen. Espinosa menyebutkan bahwa perusahaan perlu menyesuaikan proyeksi keuangan setelah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap aset produksi. “Kami mengambil langkah hati-hati untuk merevisi proyeksi kinerja tahunan, setelah meninjau secara menyeluruh nilai tercatat dari aset produksi,” ujar Espinosa dikutip Reuters, Jumat (25/4/2025).
Sebelumnya, Nissan juga sempat menjajaki peluang merger dengan Honda untuk membentuk perusahaan otomotif bernilai US$ 60 miliar. Namun, rencana tersebut batal karena Honda ingin menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan.
Selain mencatatkan rugi bersih besar, Nissan juga merevisi turun proyeksi laba operasional tahun penuh menjadi 85 miliar yen, turun sekitar 30% dari perkiraan sebelumnya. Perusahaan juga mengumumkan tidak akan membagikan dividen tahun ini dan akan merilis laporan keuangannya secara resmi pada 13 Mei mendatang.
Dengan situasi ini, Nissan catat rekor terbesar sepanjang sejarah yang menandai babak baru penuh tantangan bagi raksasa otomotif Jepang ini dalam usaha untuk bangkit dari krisis.