Ratusan warga Desa Menyancang, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung terpaksa harus mengonsumi air keruh. Warga terpaksa mengkonsumsi air keruh karena sumur mereka tercemar dan minimnya sumber air bersih. Mirisnya, kondisi tersebut sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Puluhan kepala keluarga (KK) yang bermukim di Dusun Tanjung Agung Satu Pekok (Desa) Menyancang, Kecamatan Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung terpaksa memanfaatkan air keruh dan berbau karat untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Selama puluhan tahun, warga harus menyuling air keruh dengan alat sederhana terbuat dari pasir dan kain yang dimasukkan ke dalam wadah bak penampungan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Warga mengaku terpaksa terpaksa memanfaatkan air keruh untuk keperluan mandi, cuci pakaian, memasak, dan untuk dikonsumsi karena tidak tidak ada air bersih di lingkungan tempat mereka tinggal.
Sedikitnya terdapat 75 kepala keluarga yang bermukim di Dusun Tanjung Agung Satu mengalami krisis air bersih sejak puluhan tahun. Sebagian warga memilih merogoh kocek yang tergolong cukup besar untuk membeli air bersih.
Namun, untuk warga dengan kondisi ekonominya pas-pasan terpaksa harus memanfaatkan air keruh untuk kebutuhan sehari-hari. Tidak jarang hal tersebut warga menyebabkan warga mengalami sakit perut dan diare.

Yusmayda (42), warga Dusun Tanjung Agung Satu mengatakan, ia dan keluarganya terpaksa mengonsumsi air keruh dari sumur di rumahnya karena kondisi ekonominya tidak mampu untuk membeli air bersih untuk kebutuhan air bersih.
"Mau bagaimana lagi, terpaksa pakai air keruh dari sumur karena enggak punya uang untuk beli air bersih," kata tbu rumah tangga beranak dua tersebut saat ditemui Selasa (24/6/2025).
Yusmayda menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, air keruh dari sumur harus disaring terlebih dahulu agar tidak terlalu keruh.
"Ya terpaksa dikonsumsi, tetapi yang dikonsumsi yang sudah melalui proses penyaringan. Untuk kebutuhan lainnya seperti mencuci piring dan pakaian enggak perlu disaring," papar Yusmayda.
Menurut Yusmayda, kondisi tersebut berlangsung lebih dari 20 tahun. Tidak hanya dirinya, kondisi tersebut dirasakan oleh warga lainnya.
"Sudah lama, sekitar 20 tahun. Banyak, enggak hanya saya sendiri, ada sekitar 75 kepala keluarga di sini yang juga harus merasakan krisis air bersih," ungkap Yusmayda.
Dengan kondisi tersebut, Yusmayda berharap ada perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pesisir Barat. Ia berharap Pemkab Pesisir Barat memberikan pasokan air bersih atau memberikan bantuan sumur bor untuk warga.
Sementara itu pemerintah Desa Menyancang telah berusaha secara maksimal untuk menuntaskan persoalan krisis air bersih yang dialami warga. Namun, karena keterbatasan anggaran dana Pemerintah Desa Menyancang tidak dapat membangun sumur bor untuk masyarakat.

Sekretaris Desa (Sekdes) Menyancang, Dirzon Aziz mengatakan, sebelumnya pihak desa telah mengajukan usulan pembuatan sumur bor dan saluran air bersih ke Pemkab Pesisir Barat, tetapi sampai saat ini belum ada mendapat tanggapan.
Puluhan kepala keluarga di Desa Menyancang hanya bisa berharap kepada Pemkab Pesisir Barat agar secepatnya membangun fasilitas air bersih karena merupakan kebutuhan pokok sehari-hari warga.