Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Sejumlah negara Eropa mendorong Iran untuk kembali membuka ruang diplomasi, termasuk dengan Amerika Serikat, guna meredakan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah

Minggu, 22 Juni 2025 | Juni 22, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-21T22:25:40Z

  Sejumlah negara Eropa mendorong Iran untuk kembali membuka ruang diplomasi, termasuk dengan Amerika Serikat, guna meredakan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, seusai pertemuan tingkat tinggi di Jenewa, Jumat (20/6/2025).



“Menlu Iran menunjukkan kesediaannya untuk melanjutkan diskusi tentang program nuklir dan isu lainnya. Kami berharap Iran terbuka berdialog, termasuk dengan Amerika Serikat, untuk menyelesaikan krisis ini melalui negosiasi,” ujar Barrot dalam konferensi pers yang disiarkan langsung oleh Kementerian Luar Negeri Prancis melalui platform X.

Barrot menegaskan bahwa persoalan nuklir Iran tidak bisa diselesaikan lewat aksi militer. Menurutnya, pendekatan militer hanya akan menunda persoalan tanpa mengatasinya secara menyeluruh.

Pertemuan di Jenewa tersebut dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi serta mitranya dari Inggris, Prancis, dan Jerman. Turut hadir pula Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas. Pertemuan dilakukan dalam koordinasi erat dengan Amerika Serikat, Israel, dan sejumlah negara di kawasan.

Sebelumnya, pada Kamis (19/6/2025), Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menyampaikan bahwa Presiden AS Donald Trump membuka peluang besar bagi negosiasi dengan Teheran dalam waktu dekat. Ia juga menyatakan bahwa keputusan penting akan diambil dalam dua pekan ke depan.

Leavitt menegaskan bahwa meskipun jalur diplomasi diutamakan, Presiden Trump tidak segan menggunakan kekuatan militer jika diperlukan. Meski demikian, komunikasi antara Washington dan Teheran terus dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Ketegangan meningkat setelah Israel melancarkan operasi militer besar-besaran bertajuk "Rising Lion" pada Jumat (13/6/2025). Serangan tersebut menyasar berbagai wilayah di Iran, termasuk Teheran, dan menewaskan sejumlah pejabat militer senior, ilmuwan nuklir, serta merusak beberapa fasilitas nuklir strategis seperti Natanz dan Fordow.

Sebagai respons, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebut serangan Israel sebagai kejahatan besar dan mengancam akan membalas dengan nasib pahit dan mengerikan. Tak lama berselang, Iran meluncurkan Operasi True Promise 3, menyerang beberapa target militer di Israel.

Namun, Iran bersikeras bahwa program nuklirnya tidak memiliki tujuan militer. Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi menegaskan, lembaganya belum menemukan bukti kuat bahwa Iran tengah mengembangkan senjata nuklir.

Laporan intelijen AS juga menyatakan hal serupa. CNN pada Selasa (17/6/2025) mengutip sumber tepercaya yang menyebut Iran tidak secara aktif mengejar pembuatan senjata nuklir.

Sementara itu, mantan Duta Besar Inggris untuk Uzbekistan yang juga aktivis HAM Craig Murray mengatakan, Iran menunjukkan sikap sangat bertanggung jawab dan sabar selama bertahun-tahun, meskipun terus mendapat tekanan dari Israel.
 

×
Berita Terbaru Update