×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Hampir tiga perempat situs warisan budaya dan alam dunia terancam oleh ketidakseimbangan ketersediaan air

Rabu, 02 Juli 2025 | Juli 02, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-01T18:31:07Z

 Hampir tiga perempat situs warisan budaya dan alam dunia terancam oleh ketidakseimbangan ketersediaan air, menurut laporan terbaru badan kebudayaan PBB, UNESCO, pada Selasa (1/7/2025).



Peningkatan suhu global telah memicu makin seringnya peristiwa cuaca ekstrem seperti badai, kekeringan, banjir, dan gelombang panas, yang kini terjadi dengan intensitas lebih tinggi. Para ilmuwan memperingatkan dampaknya terhadap lingkungan dan warisan dunia.

UNESCO mencatat bahwa 73% dari 1.172 situs non-laut dalam Daftar Warisan Dunia kini terpapar setidaknya satu risiko air yang signifikan. Ancaman tersebut meliputi tekanan air, kekeringan, banjir sungai, hingga banjir pesisir.

"Tekanan air diperkirakan akan meningkat secara drastis, terutama di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, sebagian Asia Selatan, serta wilayah utara Tiongkok. Hal ini menimbulkan risiko jangka panjang bagi ekosistem, situs warisan budaya, serta perekonomian dan masyarakat yang bergantung pada pariwisata," jelas laporan tersebut.

Situs warisan budaya paling rentan terhadap kelangkaan air, sementara lebih dari separuh situs warisan alam menghadapi risiko banjir dari aliran sungai terdekat.

Beberapa contoh konkret di antaranya:

Taj Mahal, India, monumen ikonik ini mengalami kelangkaan air yang meningkatkan tingkat polusi dan menguras air tanah, mengancam stabilitas struktur bangunan.

Taman Nasional Yellowstone, AS: Pada tahun 2022, banjir besar menutup seluruh kawasan taman, memaksa pemerintah mengeluarkan lebih dari US$ 20 juta untuk perbaikan infrastruktur.

Rawa-rawa di Irak Selatan yang diyakini sebagai lokasi Taman Eden dalam kisah Alkitab, daerah ini mengalami tekanan air ekstrem dengan lebih dari 80% pasokan air terbarukan digunakan untuk kebutuhan manusia.

Air Terjun Victoria, Zambia-Zimbabwe mengalami kekeringan berulang, yang menyebabkan aliran air sangat berkurang di salah satu keajaiban alam Afrika tersebut.

Chan Chan, di  Peru, kota pra-Kolombia dengan struktur adobe berusia 1.000 tahun ini menghadapi risiko tinggi dari banjir sungai.

Pesisir Tiongkok mengalami kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim menyebabkan banjir pesisir, menghancurkan lahan lumpur yang menjadi habitat penting burung air migran.

UNESCO menegaskan pentingnya tindakan global untuk melindungi situs warisan dunia dari ancaman krisis air yang kian nyata akibat perubahan iklim.

×
Berita Terbaru Update