Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan pentingnya penulisan sejarah nasional sebagai cara untuk menemukan kembali jati diri bangsa

Senin, 07 Juli 2025 | Juli 07, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-06T18:05:52Z

  



Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan pentingnya penulisan sejarah nasional sebagai cara untuk menemukan kembali jati diri bangsa. Hal itu disampaikannya dalam Seminar Nasional Perkumpulan Prodi Pendidikan Sejarah se-Indonesia (P3SI) di Gedung Raden Dewi Sartika, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Minggu (6/7/2025).

“Sudah saatnya kita menulis ulang sejarah Indonesia, bukan hanya sebagai catatan, tetapi sebagai landasan untuk membentuk generasi yang memahami siapa dirinya dan ke mana bangsanya akan menuju,” tegas Fadli Zon dalam keterangan resminya.Seminar yang mengangkat tema "Menulis Sejarah, Membangun Bangsa: Membangun Peran Pendidikan Sejarah di Sekolah" dinilai sangat relevan dengan kebutuhan nasional saat ini. Fadli menekankan sejarah bukan sekadar hafalan, melainkan alat untuk membentuk kesadaran kolektif dan identitas nasional.

Menurutnya, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah besar dalam menulis ulang sejarah nasional secara sistematis, terutama setelah era Reformasi.

Ia menyinggung buku Sejarah Nasional Indonesia terakhir kali disusun pada 1970-an di bawah pimpinan Soekanto, sedangkan karya Indonesia dalam Arus Sejarah yang terbit pada 2012 belum mencakup perkembangan dari masa BJ Habibie hingga Joko Widodo.

“Sudah waktunya kita bergeser ke cara pandang yang lebih Indonesiasentris,” ujarnya.

Fadli mencontohkan penyebutan "aksi polisionil" oleh Belanda dalam agresi militer sebagai bentuk narasi yang keliru dan menjauh dari realitas Indonesia. Ia juga menyerukan perlunya re-inventing Indonesian identity, yaitu menemukan kembali jati diri bangsa melalui penulisan sejarah yang berpijak pada karakter dan pengalaman Indonesia sendiri.

Ketua Umum P3SI Zulkarnain menambahkan, kongres keempat P3SI ini merupakan momentum krusial untuk memperkuat komunikasi dan kerja sama antar program studi pendidikan sejarah di Indonesia. “Forum ini menjadi sarana penting untuk memperkuat posisi pendidikan sejarah dalam sistem pendidikan nasional,” tegasnya.

Sementara itu, Dirjen Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kemenbud Restu Gunawan mengatakan, sejarah seharusnya tidak hanya dihafal, tetapi juga menjadi ruang eksplorasi ide-ide kreatif yang bermanfaat bagi masa depan bangsa.

Kegiatan tersebut turut dihadiri sejumlah tokoh penting, termasuk Rektor UNJ Komarudin dan Ketua P3SI periode 2022–2025, Zulkarnain. Acara juga diisi dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Kebudayaan dan Universitas Negeri Jakarta, yang diwakili Dekan FISHUM Firdaus Wajdi dan Agus Mulyana.

×
Berita Terbaru Update