Militer Thailand melaporkan jatuhnya pesawat tanpa awak (UAV) militer Myanmar di hutan Ban Khun Mae Wa, distrik Tha Song Yang, provinsi Tak, sekitar 15 kilometer dari perbatasan Thailand–Myanmar. Lokasi jatuhnya drone berada di lereng gunung terpencil.
“Tidak ada korban jiwa atau kerusakan properti. Hasil investigasi awal menunjukkan UAV tersebut milik militer Myanmar yang digunakan untuk menyerang posisi pemberontak, namun kehilangan kendali hingga jatuh ke wilayah Thailand,” kata pihak militer Thailand, Rabu (23/7/2025).
Tim penjinak bom telah dikerahkan untuk menetralkan hulu ledak pada UAV tersebut, sementara pemerintah Thailand telah mengirim nota protes resmi kepada Myanmar. Menurut sumber militer, drone yang jatuh ini merupakan tipe yang kerap digunakan untuk menyerang kelompok pemberontak Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA).
Kementerian Pertahanan Myanmar belum memberikan komentar atas insiden ini. Penggunaan drone dalam konflik Myanmar semakin meningkat dalam empat tahun terakhir, baik oleh militer maupun kelompok oposisi.
Menurut organisasi nirlaba berbasis AS, Armed Conflict Location & Event Data Project (ACLED), Myanmar menempati peringkat kedua setelah Rusia dan Ukraina dalam jumlah serangan drone.
“Akses mudah, modifikasi sederhana, dan efektivitas biaya membuat drone menjadi senjata pilihan dalam konflik Myanmar,” ujar ACLED dalam laporannya.