Perang di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memanas setelah kedua negara saling tembak pada Kamis (24/7/2025) dan menewaskan sedikitnya sembilan warga sipil. Insiden ini menandai eskalasi konflik paling serius sejak bentrokan bersenjata yang menewaskan satu tentara Kamboja pada Mei 2025 lalu.
Dilansir dari AP, Kementerian Pertahanan Thailand menyebut korban terbanyak berada di Provinsi Si Sa Ket, di mana enam orang tewas setelah tembakan diarahkan ke sebuah pom bensin. Setidaknya 14 orang lainnya luka-luka di tiga provinsi perbatasan.
Kedua negara saling menyalahkan atas awal mula bentrokan. Sejak Rabu (23/7/2025), hubungan diplomatik diturunkan. Thailand menutup seluruh pintu perbatasan darat dengan Kamboja dan menarik duta besarnya. Sebagai balasan, Kamboja mengusir duta besar Thailand dan menarik staf kedutaannya dari Bangkok.
Militer Thailand mengeklaim melakukan serangan udara ke target militer di wilayah Kamboja pada Kamis pagi. Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Kamboja menyatakan jet tempur Thailand menjatuhkan bom di jalan dekat kompleks kuil kuno Preah Vihear.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand, Surasant Kongsiri mengatrakan bentrokan terjadi di sedikitnya enam titik perbatasan. Kontak senjata pertama dilaporkan terjadi di dekat kuil kuno Ta Muen Thom, yang berada di perbatasan Provinsi Surin (Thailand) dan Oddar Meanchey (Kamboja).
Sebuah video siaran langsung dari wilayah Thailand menunjukkan warga berlarian meninggalkan rumah dan bersembunyi di bunker beton ketika ledakan terdengar pada Kamis pagi.
“Pemerintah Kerajaan Thailand mendesak Kamboja bertanggung jawab atas insiden yang terjadi, menghentikan serangan terhadap target sipil dan militer, serta menghentikan semua tindakan yang melanggar kedaulatan Thailand. Pemerintah Thailand siap meningkatkan langkah pertahanan diri apabila Kamboja terus melakukan serangan bersenjata,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura.
Sementara itu, Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, menyatakan negaranya tetap mengedepankan penyelesaian damai, tetapi tidak memiliki pilihan selain merespons agresi bersenjata dengan kekuatan yang setimpal.