Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Darurat Arab-Islam yang digelar di Doha, Qatar, Senin (15/9/2025), menjadi sorotan dunia. Pertemuan ini dinilai sebagai momentum penting bagi negara-negara Arab dan Islam untuk membuktikan solidaritas nyata dalam merespons agresi Israel.
Pakar Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Sidiq Ahmadi menegaskan, KTT ini mengirimkan pesan kuat, baik kepada dunia Islam maupun komunitas internasional.
Selama ini, sebagian negara Teluk dianggap terlalu mengakomodasi kepentingan AS, termasuk normalisasi hubungan dengan Israel. Namun, serangan Israel ke Qatar menunjukkan kerentanan serius dalam keamanan kawasan.
“Situasi ini bisa memicu evaluasi ulang kerja sama keamanan negara-negara Teluk dengan AS. Ketergantungan yang terlalu besar pada AS terbukti tidak menjamin perlindungan. Terkait hal itu, mulai muncul wacana membentuk militer bersama negara-negara Arab,” jelasnya.
Ancaman ekspansionisme Israel dengan gagasan “Israel Raya” menurut Sidiq, menjadikan isu keamanan sebagai kepentingan bersama, meskipun sebelumnya negara-negara Arab kerap berbeda pandangan politik maupun ekonomi.
Di sisi lain, Indonesia dinilai tetap konsisten mendukung perjuangan Palestina melalui jalur diplomasi dan bantuan kemanusiaan. “Indonesia memang tidak berada di kawasan yang langsung terancam Israel, tetapi memiliki amanat konstitusi serta sejarah panjang mendukung Palestina. Itu harus terus disuarakan,” kata Sidiq.
Ia menekankan KTT ini harus mampu memperkuat solidaritas internal dunia Arab dan Islam. Pesan utama yang harus sampai ke dunia internasional adalah mengakhiri standar ganda terhadap Israel.
"Dunia harus membuktikan apakah masih mau mempertahankan tatanan internasional, atau kembali ke era unilateralisme, di mana yang kuat bebas berbuat apa saja,” pungkas Sidiq.