-->

Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Bank Indonesia (BI) resmi mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate pada level 4,75% pada rapat dewan gubernur (RDG) Desember 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | Desember 18, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-12-17T20:40:49Z

 


Bank Indonesia (BI) resmi mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate pada level 4,75% pada rapat dewan gubernur (RDG) Desember 2025. BI rate yang bertahan pada level 4,75% itu menjadi penanda penting arah kebijakan moneter menjelang 2026.

Setelah pelonggaran agresif sepanjang 2025 dengan total penurunan 125 basis poin, pasar kini memasuki fase menunggu, yakni terkait ruang penurunan suku bunga pada 2026.

Diketahui, sepanjang 2025, BI telah lima kali memangkas BI rate dari level 6,00% di awal tahun menjadi 4,75% pada Desember 2025.

Berikut adalah perincian keputusan RDG BI sepanjang 2025:

Januari 2025: BI menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75%.

 Februari-April 2025: Suku bunga ditahan di 5,75% untuk mencermati perkembangan global.

 Mei 2025: Penurunan kembali dilakukan sebesar 25 bps menjadi 5,50%.

 Juni 2025: Suku bunga kembali ditahan di 5,50%

 Juli 2025: Penurunan 25 bps menjadi 5,25%

 Agustus 2025: Penurunan 25 bps lagi menjadi 5,00%

 September 2025: Penurunan terakhir tahun ini sebesar 25 bps mencapai level terendah 4,75%

Oktober-Desember 2025: Suku bunga dipertahankan di 4,75% hingga akhir tahun.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan menahan suku bunga diambil untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan, terutama di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

“Ke depan, BI akan terus mencermati peluang penurunan BI rate lebih lanjut dengan mempertimbangkan perkiraan inflasi 2026 yang tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%, serta perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,” ujar Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (17/12/2025).

Namun, Perry menegaskan bahwa besaran dan waktu penurunan suku bunga akan terus dievaluasi secara berkala melalui rapat dewan gubernur (RDG) bulanan, dengan mempertimbangkan perkembangan inflasi, pertumbuhan ekonomi, stabilitas nilai tukar, serta kondisi moneter dan keuangan global.

Selain suku bunga, BI juga terus memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

Upaya tersebut dilakukan melalui intervensi di pasar luar negeri menggunakan instrumen non-delivery forward (NDF) di pasar Asia, Eropa, dan Amerika Serikat, serta intervensi di pasar valuta asing domestik, baik melalui transaksi spot, DNDF, maupun pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

 

Dari sisi ekspansi likuiditas, BI menargetkan pertumbuhan uang primer mencapai double digit mulai Desember 2025 dan berlanjut sepanjang 2026. Langkah ini ditempuh untuk memastikan likuiditas perbankan dapat mengalir lebih optimal ke sektor riil.

 

Untuk mendukung ekspansi likuiditas, BI telah menurunkan posisi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dari sekitar Rp 920 triliun di awal tahun menjadi sekitar Rp 700 triliun, sehingga menambah likuiditas lebih dari Rp 200 triliun. Selain itu, sepanjang 2025 BI juga telah membeli SBN di pasar sekunder sebesar Rp 327,45 triliun.

BI juga meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dengan memberikan remunerasi atas kelebihan likuiditas perbankan (excess reserve). Remunerasi tersebut diberikan untuk dana sebesar Rp 25 triliun dengan tingkat bunga di bawah suku bunga deposit facility (PASRT) sebesar 3,5%.

 

Inflasi Terkendali tetapi Risiko Global Membayangi

Secara domestik, ruang pelonggaran moneter RI masih terbuka. Inflasi Indonesia hingga November 2025 tercatat 2,75% (year on year), masih berada dalam kisaran target BI.

Permintaan domestik juga belum sepenuhnya pulih kuat, sementara sektor kredit masih membutuhkan dorongan suku bunga yang lebih rendah.

 

Namun dari sisi eksternal, tekanan datang dari arah kebijakan moneter global, terutama Amerika Serikat (AS). Meski data ekonomi AS mulai menunjukkan tanda-tanda perlambatan, arah kebijakan The Federal Reserve belum sepenuhnya pasti.

Ekonom makro LPEM FEB Universitas Indonesia Teuku Riefky, menilai langkah BI menahan suku bunga saat ini sudah tepat.

“Dengan inflasi yang masih dalam target, ruang pelonggaran memang ada. Namun BI tetap perlu memprioritaskan stabilitas nilai tukar rupiah, terutama di tengah ketidakpastian arus modal global,” kata Riefky.

Menurutnya, penurunan suku bunga yang terlalu agresif berisiko menekan rupiah jika tidak diiringi kondisi eksternal yang kondusif.

“BI harus siap melakukan intervensi bila diperlukan agar stabilitas rupiah tetap terjaga,” tambahnya.

Ia menjelaskan, inflasi domestik saat ini cenderung berada pada batas atas rentang target inflasi Bank Indonesia dan berpotensi meningkat pada akhir 2025. Hal itu menyusul adanya faktor musiman, yaitu libur akhir tahun, yang dapat mengerek inflasi.

Sementara itu, walaupun rupiah cenderung menguat dalam beberapa minggu belakangan, pergerakan nilai tukar masih fluktuatif dan masih terdapat ruang untuk stabilisasi rupiah lebih lanjut.

Rupiah tercatat menguat sekitar 0,11% dalam 30 hari terakhir dan berada di level Rp 16.652 per US$ pada 15 Desember 2025. Hal ini didorong aliran modal asing yang dipicu kombinasi penurunan suku bunga Federal Funds Rate (FFR) oleh The Fed serta keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga kebijakan sebelumnya.

Namun, rupiah masih tercatat melemah sebesar 3,6% secara year to date (ytd) sepanjang tahun ini dan memiliki kinerja yang lebih buruk dibandingkan sebagian besar mata uang negara berkembang.

 

Pemangkasan BI Rate 2026 Bisa hingga Tiga Kali

Kepala Ekonom BCA David Sumual sebelumnya menyebut masih ada peluang penurunan suku bunga BI dua hingga tiga kali pada 2026, dengan catatan tekanan inflasi global mereda.

 “Kalau The Fed mulai lebih akomodatif dan tekanan dolar AS berkurang, BI punya ruang untuk lanjut memangkas suku bunga,” ujarnya.

Namun, David juga mengingatkan bahwa BI akan sangat berhati-hati agar pelonggaran tidak memicu volatilitas di pasar keuangan, khususnya pasar obligasi dan nilai tukar.

×
Berita Terbaru Update