Notification

×

Iklan

banner 1280x278

Iklan

banner 728x90 banner 1280x278

Indeks Berita

Indonesia berencana menambah 30 gigawatt (GW) energi terbarukan pada 2033 dan 58,6 GW pada 2040 untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060

Sabtu, 23 November 2024 | November 23, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-11-22T17:29:59Z



 Indonesia berencana menambah 30 gigawatt (GW) energi terbarukan pada 2033 dan 58,6 GW pada 2040 untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060. Gas berperan sebagai bahan bakar transisi sebelum mencapai net zero emission.

"Menurut rancangan RUPTL (rencana usaha penyediaan tenaga listrik) 2024-2033, Indonesia akan tambah 30 GW energi terbarukan pada 2033," kata Direktur Bisnis Energi Australasia Wartsila Energy, Kari Punnonen dalam acara “Electricity Connect 2024”, di Jakarta Convention Center, Jakarta dilansir Antara, Jumat (22/11/2024).

Kari mengatakan, gas akan berperan sebagai bahan bakar transisi energi terbarukan di Indonesia. Rencananya, Indonesia akan menambah kapasitas gas sebesar 9 GW pada 2033 dan 20 GW pada 2040.

Kari Punnonen mengatakan, banyak negara di ASEAN, termasuk Indonesia telah menetapkan target emisi nol bersih. Adapun sektor energi memainkan peran penting dalam mengurangi emisi.

"Energi terbarukan telah menjadi sumber listrik termurah di sebagian besar negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Untuk mencapai target itu, kita harus mempercepat penerapan energi terbarukan,” kata dia.

Mengutip data Badan Energi Internasional, dia mengatakan, 25 GW tenaga surya dan angin harus ditambahkan setiap tahun di negara-negara ASEAN untuk mencapai target nol emisi bersih.

Dia mengatakan, ada lima langkah yang harus diambil semua negara, termasuk Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih di sektor ketenagalistrikan melalui energi terbarukan.

Pertama, meningkatkan kapasitas energi terbarukan. Kedua, menambah pembangkit listrik bermesin fleksibel dan penyimpanan energi untuk menyeimbangkan intermiten energi terbarukan.

Ketiga, menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara yang tidak fleksibel secara bertahap. Keempat, mengakses bahan bakar berkelanjutan dan mengubah pembangkit listrik yang tersisa agar dapat beroperasi dengan bahan bakar tersebut.

Kelima, membangun sistem ketenagalistrikan berdasarkan 100% energi terbarukan, penyimpanan, dan pembangkit listrik fleksibel yang didukung oleh bahan bakar berkelanjutan.

Dia mengatakan, energi terbarukan di Indonesia yang dipadukan dengan pembangkit listrik bermesin fleksibel memungkinkan terciptanya listrik yang stabil.

×
Berita Terbaru Update