Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Perjalanan hidup Salwan Momika yang tewas ditembak di Swedia benar-benar kontroversial

Jumat, 31 Januari 2025 | Januari 31, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-01-30T18:16:08Z

 Perjalanan hidup Salwan Momika yang tewas ditembak di Swedia benar-benar kontroversial. Sama kontroversialnya saat ia berani membakar Al-Qur'an.

Nama Salwan Momika kini semakin dikenal banyak orang. Pria asal Irak yang dikenal luas karena aksi provokatifnya membakar Al-Qur’an di Swedia, akhirnya benar-benar tewas setelah sebelumnya beberapa kali dikabarkan meninggal dunia. Momika ditemukan tewas dengan luka tembak di apartemennya di Hovsjo, Södertälje, Swedia, pada Rabu (29/1/2025) malam waktu setempat.

Sebenarnya, Pengadilan Distrik Stockholm punya agenda khusus untuk Salwan Momika, Kamis (30/1/2025). Mereka dijadwalkan membacakan putusan kasus yang melibatkan Salwan Momika. Tapi, tiba-tiba saja agenda itu dibatalkan karena  pihak berwenang mengonfirmasi kematiannya.

Kini, polisi Swedia justru punya tugas baru yakni menyelidiki kasus ini. Saat ini mereka sudah menangkap beberapa tersangka yang diyakini bertanggungjawab atas tewasnya Salwan Momika.

Salwan Momika di luar kedutaan Irak di Stockholm, Swedia, Kamis, 20 Juli 2023. Dia berencana membakar Kitab Al-Qur’an dan bendera Irak. - (AP)
Salwan Momika di luar kedutaan Irak di Stockholm, Swedia, Kamis, 20 Juli 2023. Dia berencana membakar Kitab Al-Qur’an dan bendera Irak. - (AP)

 Salwan Momika lahir di distrik Al-Hamdaniya, Irak, dan berasal dari komunitas Katolik Asyur. Selama perang saudara Irak (2006-2008), ia bergabung dengan Partai Patriotik Asyur dan bekerja sebagai petugas keamanan di kantor partai di Mosul.

Ketika ISIS merebut Mosul pada 2014, Salwan Momika bergabung dengan Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) untuk melawan kelompok teroris tersebut. Ia tergabung dalam unit Kristen dan terlihat dalam berbagai rekaman mengenakan seragam militer, membawa senjata, serta menyatakan kesetiaannya kepada Brigade Imam Ali, sayap militer Gerakan Islam Irak.

Namun, pada 2017, Salwan Momika meninggalkan Irak dan mengajukan suaka ke Jerman dengan visa Schengen. Di sana, ia secara terbuka meninggalkan agama Kristen dan menyatakan dirinya sebagai seorang ateis. Setahun kemudian, ia pindah ke Swedia dan terdaftar sebagai pengungsi asal Irak.

Pada 2021, ia diberikan izin tinggal sementara selama tiga tahun, tetapi permohonannya untuk mendapatkan izin tinggal permanen ditolak karena adanya ketidaksesuaian informasi dalam dokumen imigrasinya, termasuk klaim palsunya tentang keterlibatan dengan Brigade Imam Ali.

Salwan Momika mulai menarik perhatian dunia pada 2023 ketika ia secara terbuka membakar dan merobek Al-Qur’an dalam berbagai aksi protes di Swedia. Ia berdalih bahwa aksinya bukan untuk menyerang Muslim secara individu, melainkan sebagai bentuk penolakan terhadap ajaran Islam yang menurutnya berbahaya bagi masyarakat Swedia.

Salwan Momika pelaku pembakaran Al Quran di depan Mesjid Raya Södermalm, Stockholm, saat Hari Iduladha. - (Twitter.com/@lakarstudent0)
Salwan Momika pelaku pembakaran Al Quran di depan Mesjid Raya Södermalm, Stockholm, saat Hari Iduladha. - (Twitter.com/@lakarstudent0)

Aksinya memicu gelombang protes di negara-negara Muslim, memburuknya hubungan diplomatik Swedia dengan dunia Islam, serta meningkatnya ancaman keamanan nasional. Meskipun kepolisian Swedia mengizinkan aksinya dengan alasan kebebasan berekspresi, ia tetap dikenai tuntutan atas dugaan penghasutan terhadap kelompok tertentu.

Pada 2023, Badan Imigrasi Swedia memutuskan untuk mendeportasi Momika, tetapi keputusannya tertunda karena ancaman terhadap dirinya di Irak. Ia kemudian diberikan izin tinggal sementara hingga April 2024.

Salwan Momika menyadari bahwa hidupnya tidak akan pernah normal setelah aksi-aksinya. Ia mengungkapkan bahwa dirinya kerap mendapatkan penolakan dari berbagai pihak, baik dari komunitas Muslim maupun masyarakat Swedia secara umum.

"Saya ingin melindungi masyarakat Swedia dari pesan-pesan dalam Al-Qur’an," ujarnya dalam salah satu persidangan yang melibatkannya.

Namun, pernyataan dan aksinya justru semakin membuatnya terisolasi. Bahkan di Swedia, tempat ia mencari perlindungan, ia menghadapi kecaman dan ancaman yang terus-menerus. Permohonan suakanya ditolak, dan ia dikabarkan sering berpindah tempat tinggal demi menghindari kemungkinan serangan.

Kematian Salwan Momika bukanlah isu baru. Sebelumnya, beberapa rumor tentang kematiannya sempat beredar di media sosial, terutama setelah ia menjadi sasaran ancaman dari kelompok ekstremis. Namun, kali ini, laporan kematiannya benar-benar dikonfirmasi oleh kepolisian Swedia.

Sejauh ini, belum ada kejelasan mengenai motif dan identitas pelaku penembakan. Namun, insiden ini menggarisbawahi bagaimana tindakan provokatif terhadap simbol keagamaan dapat berujung pada konsekuensi yang berbahaya.

Swedia kini menghadapi tekanan untuk memperketat kebijakan terkait kebebasan berekspresi, terutama dalam konteks aksi-aksi yang dapat memicu ketegangan sosial dan politik. Kematian Momika, meski kontroversial, menjadi babak terakhir dalam perjalanan hidup seorang pria yang memilih jalur konfrontatif dalam menyuarakan pandangannya.

×
Berita Terbaru Update