Kelainan seksual sering kali disalahpahami sebagai perilaku menyimpang semata, padahal dalam dunia medis dan psikologi, kondisi ini dikenal dengan istilah parafilia.
Seseorang yang mengalaminya memiliki dorongan seksual yang tidak biasa, dan sering kali tidak disadari atau sulit dikendalikan. Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat mengganggu kehidupan pribadi, hubungan sosial, bahkan menimbulkan dampak hukum.
Lantas, apakah kelainan seksual bisa disembuhkan? Bagaimana proses pengobatannya? Dihimpun dari berbagai sumber, berikut merupakan penjelasannya!
Apa Itu Kelainan Seksual?
Kelainan seksual atau parafilia merupakan kondisi di mana seseorang mengalami hasrat seksual kuat dan berulang terhadap objek, situasi, atau aktivitas yang umumnya tidak menimbulkan gairah seksual pada orang lain.Contohnya termasuk pedofilia, ekshibisionisme, voyeurisme, froteurisme, sadisme, masokisme, fetisisme, dan transvestisme.
Selain itu, terdapat pula bentuk lain yang tidak secara resmi tergolong parafilia, seperti nekrofilia (hasrat seksual terhadap mayat), koprofilia (tertarik pada feses), urofilia (tertarik pada urine), klismafilia (keterlibatan enema dalam seks), hingga zoofilia (hasrat seksual terhadap hewan).
Seluruh jenis kelainan seksual tersebut dapat diobati, terutama bila penderita merasa terganggu dan ingin mengubah perilakunya. Penanganan lebih disarankan jika kelainan tersebut mengganggu kehidupan sosial, menyalahi hukum, atau membahayakan orang lain.
Siapa yang Bisa Membantu Mengobati Kelainan Seksual?
Penderita kelainan seksual sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis profesional, seperti:
- Psikiater: Untuk diagnosis gangguan mental dan pemberian obat-obatan.
- Psikolog klinis: Untuk terapi perilaku dan konseling.
- Terapis seksual: Untuk menangani masalah seksual yang kompleks.
- Dokter umum: Untuk rujukan awal dan pemeriksaan fisik terkait kondisi medis lain.
Pengobatan sebaiknya dilakukan oleh tim multidisiplin agar pendekatannya menyeluruh, mulai dari aspek psikologis, medis, hingga sosial.
Apa Saja Metode Pengobatan untuk Kelainan Seksual?
Pengobatan kelainan seksual dilakukan melalui kombinasi obat-obatan dan psikoterapi, antara lain:
1. Obat-obatan
- Antiandrogen (leuprolide, medroxyprogesterone): Menurunkan dorongan seksual.
- Antidepresan SSRI (sertraline, fluoxetine): Mengontrol dorongan seksual dan memperbaiki mood.
- Antipsikotik (fluphenazine): Menurunkan hasrat seksual ekstrem dan perilaku agresif.
2. Psikoterapi
- Terapi Perilaku Kognitif (CBT): Memperbaiki pola pikir dan perilaku seksual.
- Terapi kelompok: Memberi ruang untuk berbagi pengalaman dan saling mendukung.
- Pendidikan seksual: Membantu memahami perilaku seksual sehat.
Diagnosis yang akurat menjadi langkah awal penting. Dokter menggunakan pedoman DSM-5 dan melakukan tes laboratorium serta pemeriksaan otak (EEG, MRI/CT scan) untuk memastikan penyebabnya bukan karena gangguan neurologis atau hormon.
Berapa Lama Waktu yang Dibutuhkan untuk Mengobati Kelainan Seksual?
Durasi pengobatan bervariasi tergantung tingkat keparahan kelainan, motivasi pasien, dan respons terhadap terapi. Dalam banyak kasus, pengobatan bisa berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Beberapa pasien menunjukkan perbaikan dalam waktu singkat, sementara yang lain membutuhkan terapi jangka panjang. Konsistensi dalam mengikuti terapi menjadi kunci utama keberhasilan.
Apakah Kelainan Seksual Bisa Kambuh setelah Diobati?
Ya, kelainan seksual bisa kambuh terutama jika:
- Pasien menghentikan pengobatan sebelum waktunya.
- Terpapar kembali pada pemicu hasrat seksual menyimpang.
- Tidak mendapatkan dukungan lingkungan yang sehat.
Untuk mencegah kekambuhan, pasien disarankan menjalani terapi lanjutan, menjaga gaya hidup sehat, menghindari pornografi, serta terus berkonsultasi dengan profesional.
Kelainan seksual bukan kondisi yang harus membuat penderitanya merasa malu untuk mencari bantuan. Dengan penanganan yang tepat, dorongan seksual menyimpang dapat dikendalikan. Konsultasi sejak dini adalah langkah penting untuk mencegah dampak lebih jauh, baik secara pribadi maupun sosial.