Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) menjadi prioritas utama pemerintah Indonesia dalam mempererat hubungan dagang dan investasi dengan Uni Eropa. Kesepakatan yang telah lama dirundingkan ini ditargetkan rampung pada semester pertama tahun 2025.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dijadwalkan menggelar pertemuan virtual dengan Komisioner Perdagangan Uni Eropa, Maros Sefcovic, pada Senin (5/5/2025). Pertemuan tersebut bertujuan untuk menyusun langkah akhir dalam penyelesaian IEU-CEPA.
Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno menyampaikan, perundingan telah berjalan dalam 19 putaran. Proses ini memakan waktu cukup lama karena kedua pihak membahas berbagai aspek kerja sama, mulai dari perdagangan barang, pembangunan berkelanjutan, hingga investasi yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.“Kami optimistis IEU-CEPA akan selesai tahun ini. Saat ini kita sudah di tahap akhir,” ujar Arif kepada awak media di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (2/5/2025).
Dalam perundingan, komoditas unggulan Indonesia seperti kelapa sawit, kakao, dan kopi menjadi pokok pembahasan. Namun Arif menambahkan, tantangan baru juga muncul, salah satunya adalah terbatasnya lahan kakao domestik dan dampak penyakit kakao di Afrika yang mengubah pola perdagangan global, termasuk impor kakao ke Indonesia.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembiayaan Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi menyatakan, kesepakatan ini diharapkan membawa manfaat timbal balik. Pemerintah Indonesia berkomitmen memberikan kelonggaran dagang untuk Uni Eropa, namun tetap menekankan pentingnya perlakuan yang adil bagi produk dan kepentingan nasional Indonesia.
“Kita ingin pasar Eropa terbuka untuk produk kita. Jika mereka ingin akses pasar kita, kita juga harus mendapat hal yang setara dari mereka. Prinsipnya adalah saling menguntungkan,” jelas Edi.
Lebih lanjut, Edi menambahkan bahwa Indonesia ingin mendapatkan manfaat serupa seperti yang dinikmati negara-negara yang telah memiliki perjanjian dagang dengan Uni Eropa, seperti Vietnam. Hal ini penting untuk memperluas akses pasar Indonesia di kawasan Eropa.
“Kita harus punya posisi tawar yang kuat. Kita minta perlakuan setara dengan Vietnam sebagai benchmark,” ujarnya.
Pemerintah menyatakan bahwa pembahasan substansi utama IEU-CEPA hampir rampung. Meski masih akan melalui tahapan legal scrubbing, secara prinsip kedua pihak telah menyepakati banyak hal penting.
“Targetnya kuartal kedua tahun ini selesai. Jangan sampai berlarut-larut. Yang penting aspek substansialnya sudah clear,” tutup Edi.
Dengan percepatan ini, IEU-CEPA diharapkan segera menjadi fondasi baru dalam memperdalam hubungan ekonomi Indonesia dan Uni Eropa secara strategis dan berkelanjutan.