Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 hanya mencapai 4,87% secara tahunan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran ekonomi nasional tengah memasuki fase perlambatan serius, terutama bila tidak diikuti dengan kebijakan konkret untuk memperkuat konsumsi rumah tangga.
Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi menyatakan lemahnya respons pemerintah dalam merespons perlambatan justru memperburuk situasi. Belanja negara yang semestinya menjadi penopang justru ditekan dengan dalih efisiensi, padahal pasar domestik sedang lesu dan membutuhkan stimulus.
“Respons fiskal sangat lemah. Ini menandakan minimnya intervensi pemerintah terhadap sektor riil di tengah tekanan global,” ujarnya, Senin (5/5/2025).
Daya Beli Jadi Jangkar Ekonomi
Berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi sebesar 54,53% dan tumbuh 4,89% secara tahunan. Disusul investasi atau PMTB sebesar 28,03% dengan pertumbuhan 2,12%.
Namun, Syafruddin mengingatkan, pasar ekspor yang menyumbang 22,3% dengan pertumbuhan hanya 1,38% tidak bisa terus diandalkan di tengah ketidakpastian global. Maka, menjaga daya beli masyarakat menjadi keharusan menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Ketika ekspor terganggu dan investasi tertahan, satu-satunya tumpuan hanya konsumsi domestik. Jika daya beli terus ditekan oleh inflasi, tarif pajak, atau minimnya bantuan sosial, maka rumah tangga pun bisa kehilangan daya tahannya,” tegasnya.
Konsumsi Domestik Harus Jadi Prioritas
Syafruddin menekankan pentingnya pergeseran fokus kebijakan ke arah penguatan konsumsi rumah tangga, terutama kelas menengah dan bawah. Pemerintah didorong untuk merancang insentif langsung, memperluas bantuan sosial produktif, serta menjaga stabilitas harga pangan dan energi.
“Strategi pembangunan jangan hanya fokus pada investasi dan ekspor. Sudah saatnya konsumsi dalam negeri dan pelaku rumah tangga menjadi subjek utama kebijakan ekonomi nasional,” katanya.
Menurutnya, rumah tangga bukan sekadar konsumen, tetapi juga penggerak utama ekonomi nasional. “Kalau mereka mampu bertahan dan tumbuh, maka ekonomi Indonesia akan tetap kokoh menghadapi tantangan global,” tutupnya terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2025.