Stok beras nasional di gudang Perum Bulog kini hampir menyentuh angka 4 juta ton. Namun demikian, pemerintah tetap tidak mengendurkan penyerapan gabah dari petani, guna menjaga kestabilan harga dan keberlanjutan ketahanan pangan nasional.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi (KLI) Kementerian Pertanian (Kementan) Moch Arief Cahyono menegaskan tingginya stok beras nasional bukan alasan untuk menghentikan serapan hasil panen petani. Pemerintah mempercepat langkah antisipasi lonjakan produksi dan menjaga harga gabah tetap stabil di tingkat petani," ujar Arief dalam keterangan resminya, Kamis (1/5/2025).
Serapan Tertinggi dalam Sejarah
Menurut Arief, penyerapan gabah selama April 2025 mencetak rekor tertinggi dalam sejarah, yakni lebih dari 1,3 juta ton hanya dalam satu bulan. Capaian ini merupakan hasil sinergi antara Kementan, Kemenko Pangan, Perum Bulog, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya.Bulog juga telah menyewa gudang tambahan berkapasitas 1,15 juta ton untuk mengantisipasi keterbatasan ruang penyimpanan agar penyerapan beras nasional tetap lancar.
Penyerapan gabah dilakukan dengan tetap berpedoman pada harga pembelian pemerintah (HPP), yakni Rp 6.500 per kilogram (kg), atau bahkan lebih tinggi, untuk memastikan petani tetap mendapat keuntungan. "Kami pastikan hasil panen petani terserap dan mereka tidak dirugikan," tegas Arief.
Proyeksi Produksi Beras Naik
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras nasional Januari-Mei 2025 mencapai 16,62 juta ton atau meningkat 12,4% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, serapan gabah harian saat ini mencapai 51.530 ton, dan stok beras Bulog tercatat lebih dari 3,3 juta ton.
Langkah agresif pemerintah dinilai penting sebagai upaya perlindungan petani dan penguatan ketahanan pangan nasional, sekaligus menjaga stabilitas pasokan dan harga beras nasional di tengah masa panen raya.