Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat mengungkap adanya peningkatan jumlah kasus infeksi menular seksual (IMS) pada generasi usia 15-24 tahun. Komisi IX DPR pun menyoroti lonjakan angka penyakit sifilis di kalangan generasi Z atau Gen Z.
Kemenkes mencatat peningkatan kasus penyakit IMS ini sudah terjadi dalam tiga tahun terakhir. Data terbaru pada 2024, ada lebih dari 4.500 kasus IMS pada rentang usia 15-19 tahun di mana sekira 48% atau 2.191 kasus merupakan sifilis.
"Lonjakan kasus sifilis bukan hanya menjadi isu medis, tapi juga sinyal lemahnya perlindungan negara terhadap generasi bangsa," kata Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher dalam keterangannya Senin (23/6/2025).
Netty menyebut, lonjakan tersebut bukan perkara sepele. Dia menekankan penanggulangan penyakit menular seksual tidak bisa dibatasi hanya pada imbauan moral. "Angka ini mencerminkan urgensi perlindungan kesehatan reproduksi yang harus dilakukan secara menyeluruh, sistematis, dan berbasis budaya bangsa," katanya.
Politisi PKS tersebut mendesak pemerintah segera mengambil langkah-langkah strategis. Termasuk penguatan edukasi kesehatan reproduksi di sekolah dan masyarakat.
Menurutnya, pemerintah perlu menyediakan layanan deteksi sifilis secara gratis di puskesmas. Hal tersebut dilakukan agar gen Z yang terpapar sifilis tak takut melakukan pemeriksaan.
Lebih lanjut, Netty juga mendesak adanya sinergi antar-kementerian dan tokoh masyarakat untuk membangun gerakan sosial yang mencegah penyebaran penyakit menular seksual melalui pendekatan preventif dan kultural.
"Pemerintah harus hadir tidak hanya saat penyakit meledak, tetapi lebih penting lagi, saat anak-anak kita butuh panduan hidup sehat dan bermartabat," kata Netty.
"Ini bukan semata urusan kesehatan, tapi menyangkut masa depan bangsa," imbuhnya.