Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Ketimpangan Sosial Dalam Tayangan Acara TV Sikaya dan Simiskin !! Sungguh Parah !!!

Rabu, 25 Juni 2025 | Juni 25, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-25T05:01:47Z

 Selamat pagi pembaca Media Dnewsradio.com dimana kalian Berada, kali ini Saya dari meja redaksi pemberitaan pagi ini menyaksikan Tayangan Berita salah satu stasiun TV swasta dalam program acara video Viral  tentang pembukan store ( toko ) cabang disalah satu Mall Jakarta saat itu acara ditayangkan jam : 7.17 Wib , mengupas penjualan boneka entah dari mana negaranya apakah dari Korea atau dari Jepang .

Saya selaku pimpinan redaksi merasa terusik dalam narasinya disampaikan bahwa " Pengunjung yang datang ada yang bela belain antri demi Boneka tersebut sampai harus mengeluarkan uang sebesar Rp 3000.000 ( Tiga Juta Rupah ) " seketika saya mencoba mencari data jenis boneka di mall tersebut  berikut Kutipan channel Youtube ini yang memviralkan Produk boneka ini : 



Jika anda menyaksikan isi tayangan diatas pada Redaksional kami saat ini anda dapat saksikan potret ketimpangan Sosial antara Sikaya dan simiskin bahkan tingkat ekonomi yang katanya berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber mengatakan tentang angka tingkat kemiskinan di Indonesia berdasarkan tahun 2024 dan 2025 

Kita awali Tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2024 mengalami fluktuasi. Pada September 2024, persentase penduduk miskin mencapai 8,57%, turun dari 9,03% pada Maret 2024. Garis kemiskinan pada September 2024 ditetapkan sebesar Rp595.242 per kapita per bulan.

Berikut adalah beberapa poin penting terkait tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2024:

Persentase Penduduk Miskin:

Pada September 2024, persentase penduduk miskin tercatat sebesar 8,57%, turun dari 9,03% pada Maret 2024.

Jumlah Penduduk Miskin:

Jumlah penduduk miskin pada September 2024 adalah sekitar 24,06 juta orang, turun dari 25,22 juta orang pada Maret 2024.

Garis Kemiskinan:

Garis kemiskinan pada September 2024 adalah Rp595.242 per kapita per bulan, terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp443.433 dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp151.809, menurut BPS.

Perkotaan dan Perdesaan:

Persentase penduduk miskin di perkotaan pada September 2024 adalah 6,66%, sementara di perdesaan adalah 11,34%.

Tren Penurunan:

Penurunan angka kemiskinan ini melanjutkan tren positif yang terlihat sejak September 2020, baik di perkotaan maupun perdesaan.

Grafik Tingkat Kemiskinan:

Meskipun tidak ada grafik spesifik yang tersedia dalam hasil pencarian, Anda dapat membayangkan grafik ini sebagai garis yang menurun dari waktu ke waktu, dengan titik awal pada Maret 2024 dan titik akhir pada September 2024. Perubahan persentase penduduk miskin dari 9,03% menjadi 8,57% menunjukkan penurunan tersebut. Demikian pula, jumlah penduduk miskin yang turun dari 25,22 juta menjadi 24,06 juta juga mengindikasikan tren penurunan.

Faktor yang Mempengaruhi:

Penurunan tingkat kemiskinan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pertumbuhan ekonomi, program-program pemerintah saat itu untuk mengurangi kemiskinan, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan


Namun jika kita memperhatikan angka data kemiskinan ditahun 2024 yang disuguhkan diatas mulai ada sedikit penurunan namun ternyata terdapat kenaikan yang menyatakan Tingkat kemiskinan di Indonesia berdasarkan data dari berbagai sumber pada tahun 2025, khususnya yang dilaporkan oleh Bank Dunia, menunjukkan angka yang cukup tinggi. Laporan Macro Poverty Outlook edisi April 2025 menyebutkan bahwa lebih dari 60,3% penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, setara dengan 171,8 juta jiwa pada tahun 2024. Namun, data ini berbeda dengan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang menunjukkan tingkat kemiskinan sebesar 8,57% pada periode yang sama. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan metode perhitungan dan standar garis kemiskinan yang digunakan.

Berikut adalah beberapa poin penting terkait tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2025:

Data Bank Dunia:

Bank Dunia, dalam laporannya, menggunakan standar garis kemiskinan untuk negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income country). Mereka mencatat bahwa pada tahun 2024, 60,3% penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan.

Data BPS:

BPS menggunakan metode kebutuhan dasar (Cost of Basic Needs/CBN) untuk mengukur tingkat kemiskinan, dengan garis kemiskinan yang ditetapkan berdasarkan pengeluaran minimal untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non-makanan.

Perbedaan Data:

Perbedaan data antara Bank Dunia dan BPS disebabkan oleh perbedaan standar garis kemiskinan yang digunakan dan tujuan analisis yang berbeda. Bank Dunia lebih berfokus pada perbandingan antar negara, sedangkan BPS lebih berfokus pada kondisi di Indonesia.

Peringkat Dunia , Jika mengacu pada data Bank Dunia, Indonesia menduduki peringkat keempat negara dengan persentase penduduk miskin tertinggi di dunia.

Perbandingan dengan Negara Lain, Meskipun tinggi, tingkat kemiskinan Indonesia masih lebih rendah dibandingkan beberapa negara lain di kawasan, seperti Laos, namun lebih tinggi dibandingkan Malaysia, Thailand, dan Filipina, berdasarkan laporan Bank Dunia.

Proyeksi Masa Depan Bank Dunia memproyeksikan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia akan terus menurun dalam beberapa tahun mendatang, meskipun masih berada di level yang cukup tinggi.

Penting untuk dicatat bahwa data kemiskinan ini memiliki implikasi penting bagi kebijakan pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

 Jadi dari kesimpulan yang saya sampaikan pada kesempatan pada hari ini Rabu,( 25 /6 /2025 ) berdasarkan  tayangan  TV  dari program acara viral tadi pagi maupun para artis yang memamerkan harta mereka disetiap tayangan di Televisi tidak memiliki empati keadaan rakyat yang memprihatinkan diantaranya banyak tingkat pengangguran akibat PHK yang mereka alami bahkan jika kita perhatikan tingkat kriminalitas baik penipuan bahkan pembunuhan akibat faktor ekonomi yang membuat kondisi mereka ingin mengikuti gaya hidup orang – orang kaya yang selalu memamerkan harta mereka di tayangan baik televisi atau bahkan channel Youtube yang mereka miliki .

Ini sudah tidak adanya kesusain dari tingkat ketimpangan Sosial tadi jadi mohon bagi pihak stakeholder atau pihak – pihak sadarlah bahwa Indonesia masih banyak yang miskin akibat aturan yang tidak adil jangan sampai ada istilah yang kaya makin kaya yang miskin makin ditindas atas perbuatan tayangan televisi atau channel Youtube tadi , sekian redaksional yang saya sampaikan, Salam satu Pena !! Pimpinan Redaksi Dipta Wiryawan, S.sos .

 










×
Berita Terbaru Update