Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Seorang pria berusia 60 tahun di Prancis mengalami efek langka setelah menerima vaksin Covid-19 AstraZeneca

Senin, 30 Juni 2025 | Juni 30, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-29T17:47:49Z

  Seorang pria berusia 60 tahun di Prancis mengalami efek langka setelah menerima vaksin Covid-19 AstraZeneca. Beberapa minggu setelah divaksin, ia menderita radang otak dan sumsum tulang belakang yang nyaris merenggut nyawanya. Tak hanya sekali, kondisi ini bahkan sempat kambuh setelah pengobatan awal.



Dikutip Dailymail, Minggu (29/6/2025), pria tersebut awalnya sehat. Namun, sekitar empat minggu usai mendapat satu dosis vaksin AstraZeneca, ia mendadak kesulitan berjalan dan mengalami kebingungan mental

“Ia segera mencari pertolongan medis di Paris, dan hasil pemindaian menunjukkan ia menderita meningoensefalitis, radang serius pada otak dan jaringan di sekitarnya,” tulis Dailymail.

Temuan medis ini dipublikasikan dalam jurnal JAMA Neurology. Meski radang otak bisa dipicu infeksi atau kanker darah, dokter tak menemukan penyebab lain selain reaksi imun tubuh terhadap vaksin. Akhirnya, ia didiagnosis mengalami ensefalitis pascavaksinasi, kondisi langka tapi berbahaya.

Setelah diagnosis, pria ini diberi obat imunosupresan selama enam bulan. Kondisinya sempat membaik. Namun tiga bulan kemudian, gejalanya kambuh: ia kembali mengalami kesulitan berjalan dan disorientasi.

Biopsi otak dilakukan dan pengobatan dilanjutkan. Kini, tiga tahun setelah kejadian, kondisinya dilaporkan hampir pulih total. Hanya saja, ia masih mengalami gangguan konsentrasi ringan.

“Kasus ini dianggap penting oleh dokter karena menunjukkan bahwa deteksi dini dan pengobatan agresif bisa menyelamatkan pasien dari komplikasi neurologis serius,” jelas Dailymail.

Kejadian radang otak usai vaksinasi AstraZeneca bukan hal baru. Dalam studi tahun 2023 terhadap 65 pasien, vaksin AstraZeneca tercatat sebagai yang paling sering dikaitkan dengan kasus ensefalitis, mencakup lebih dari sepertiga laporan.

Para peneliti menduga hal ini berkaitan dengan komponen vaksin berbasis virus flu simpanse yang dimodifikasi. Komponen ini dapat memicu reaksi imun abnormal terhadap protein darah bernama platelet factor 4. Dalam beberapa kasus langka, reaksi tersebut bisa memicu pembekuan darah, efek samping serius yang pernah ramai diperbincangkan di awal masa vaksinasi.

Vaksin AstraZeneca pernah dihentikan sementara penggunaannya di beberapa negara Eropa pada 2021. Saat itu, muncul laporan tentang Thrombosis with Thrombocytopenia Syndrome (TTS), yaitu kombinasi pembekuan darah dengan jumlah trombosit yang rendah. Kasus pertama dilaporkan di Eropa pada Maret 2021.

Akhirnya, penggunaan vaksin ini dibatasi untuk usia di atas 40 tahun. Alasannya, pada kelompok usia lebih tua, manfaat vaksin dinilai tetap lebih besar dibanding risikonya, terutama dalam mencegah kematian akibat Covid-19.

Sebagai catatan, vaksin AstraZeneca menggunakan teknologi vektor virus—virus flu dari simpanse yang telah dimodifikasi dan tidak berbahaya, lalu dimuat dengan gen protein spike Covid-19 untuk melatih sistem kekebalan tubuh.

Meski kejadian radang otak ini sangat langka, kasus ini menambah daftar efek samping serius yang pernah dilaporkan terkait vaksin AstraZeneca. Para ahli menekankan pentingnya transparansi data dan kewaspadaan, sekaligus mengingatkan bahwa deteksi dini tetap menjadi kunci keselamatan pasien.

×
Berita Terbaru Update