Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Universitas Indonesia, dr Shofa Nisrina Luthfiyani mengungkapkan, melatih sensorik anak sebenarnya tidak butuh alat atau perlengkapan yang mahal karena orang tua dapat mendukung perkembangan sensorik anak dengan menggunakan bahan-bahan sederhana yang tersedia di rumah.
Stimulasi sensorik merupakan bagian penting dalam merangsang perkembangan kognitif hingga emosional anak. Stimulasi ini melibatkan penggunaan panca indera seperti penglihatan dan sentuhan. Tujuannya agar anak dapat lebih memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
"Untuk melatih atau menstimulasi sensorik itu tidak perlu harus ada mainan khusus kok, karena tujuannya kan ingin melatih anak terbiasa dan mengenal beragam macam tekstur. Aktivitas latihan sensorik anak bisa memakai bahan-bahan yang ada di rumah," jelas dr Shofa, dikutip dari Antara, Kamis (24/7/2025).
Ia menjelaskan, stimulasi sensorik sudah bisa dikenalkan sejak anak berusia lima bulan. Sebab, pada usia enam bulan, anak mulai mengenal lebih banyak tekstur dalam kehidupan sehari-hari, termasuk pada makanan melalui makanan pendamping air susu ibu (MPASI).
Salah satu contoh stimulasi sensorik, lanjutnya, dapat dilakukan dengan mencampurkan tepung dan air, lalu membiarkan anak menyentuh langsung untuk mengenal tekstur lembut dan halus. Jika ingin memperkenalkan tekstur kasar, bisa mencoba menggunakan beras atau butiran kacang hijau ke dalam kantong plastik, lalu memberikan kepada anak untuk dipegang.
"Meski mainan untuk stimulasi sensorik ini enggak harus ada yang khusus, tetapi dalam praktiknya anak wajib diawasi. Pokoknya pakai benda-benda yang biasa ditemukan di rumah tangga tetapi relatif aman," tutur dr Shofa.
Stimulasi sensorik merupakan kegiatan yang penting dilakukan oleh orang tua agar anak tidak mengalami gangguan tumbuh kembang. Sebagai informasi, menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada 2020 prevalensi gangguan tumbuh kembang anak di Indonesia diperkirakan mencapai 7,51 persen dari total anak berusia di bawah lima tahun.