Pernyataan ini memicu tanda tanya karena masa jabatan Powell sebagai Ketua The Fed baru berakhir 15 Mei 2026. Trump tidak merinci dasar keyakinannya bahwa Powell akan turun lebih cepat, sekitar pertengahan Maret 2026, sementara Powell sebelumnya menegaskan tidak berniat mundur sebelum masa jabatannya selesai.
Diketahui Donald Trump telah berulang kali menekan The Fed agar menurunkan suku bunga, berargumen bahwa inflasi mulai mereda dan bunga tinggi justru menahan akses kredit untuk konsumen. Pada Selasa (22/7/2025), ia kembali menegaskan suku bunga seharusnya tiga poin persentase lebih rendah dari level saat ini.
“Ekonomi kita kuat, tapi orang tidak bisa beli rumah karena orang ini bodoh,” kata Trump, merujuk pada Powell.
Ia juga menuding kebijakan suku bunga tinggi bisa didorong alasan politik yang merugikan pemerintahannya. Sementara, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dijadwalkan bersidang pekan depan dan secara luas diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,50% sambil menilai dampak kebijakan moneter terhadap inflasi dan pasar tenaga kerja.
Ketidakpastian arah keputusan The Fed memberi ruang bagi retorika politik, dan komentar Donald Trump berpotensi menambah sorotan atas independensi bank sentral menjelang periode ekonomi krusial.
Dengan jarak waktu delapan bulan menuju proyeksi yang dilontarkannya, investor dan pengamat akan memantau apakah tekanan politik akan memengaruhi persepsi pasar terhadap stabilitas kebijakan moneter AS.
