Sebanyak lima siswa Sekolah Rakyat (SR) di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, nekat kabur dari asrama dengan melompati pagar pembatas gedung. Peristiwa ini baru diketahui guru pembimbing saat akan melakukan absen sebelum salat Subuh. Diduga, mereka kabur karena rindu berat pada orang tua.
Gedung Sentra Terpadu Kartini, yang menjadi lokasi Sekolah Rakyat (SR) Menengah Atas 16, mendadak heboh menyusul insiden ini. Kelima siswa tersebut melarikan diri secara bergantian, tidak secara bersamaan, dengan cara melompat pagar pembatas gedung di bagian belakang asrama.
Kepala SR Menengah Atas 16 Agus Adibal Muktar mengungkapkan, para siswa diketahui meninggalkan asrama saat absen sebelum salat Subuh. Tercatat, mulai 18 hingga 22 Juli, sebanyak lima siswa meninggalkan asrama. Namun, dua di antaranya sudah kembali setelah pihak sekolah melakukan pendekatan.
"Kita sudah melakukan berbagai langkah, jadi si anak ini kita datangi ke rumahnya. Dengan orang tua, dengan wali asuh dan kita juga sudah menghadirkan psikolog untuk menggali apa yang anak tidak betah di asrama SR," ungkap Agus saat ditemui di lokasi pada Rabu (23/7/2025).
Meskipun penyebab pasti kaburnya siswa belum diketahui, hasil investigasi awal pihak sekolah ke orang tua siswa mengindikasikan bahwa alasan utama mereka kabur adalah rasa rindu yang mendalam terhadap orang tua.
Agus Adibal Muktar menceritakan salah satu kasus menarik. "Ada fakta menarik, yaitu ada salah satu anak yang pulang karena rindu dengan ibunya. Ibunya dalam kondisi hamil dan hari perkiraan lahirnya itu diperkirakan dalam waktu dekat."
"Ketika ditanya, dia itu sangat rindu dengan ibunya karena bapaknya ini sering kerja di luar sehingga tidak tega meninggalkan ibunya. Anak ini ingin menemani ibu supaya ketika melahirkan adiknya, ibunya ini ada yang menemani."
Pihak sekolah sebenarnya telah berupaya membuat siswa betah melalui berbagai pengenalan sekolah dan pembelajaran menarik, seperti bermain musik tradisional gamelan dan kegiatan positif lainnya, terutama selama masa orientasi sekolah.
Kepala Sentra Terpadu Kartini, Dewi Suhartini, menyampaikan bahwa meskipun ada beberapa siswa yang kabur dan banyak telepon masuk untuk mendaftarkan putra-putrinya, pihaknya belum mencari siswa pengganti. Mereka masih berusaha membujuk para siswa yang kabur untuk kembali.
"Sementara kita menunggu kepada orang tua dan anak untuk mengambil keputusan apakah akan terus ataukah mundur. Kita minta sampai Jumat besok sudah ada berita sehingga kita bisa melanjutkan dengan melaporkan ke pimpinan dan mencoba cari calon-calon pengganti," terang Dewi.