Para pakar bahasa tubuh menilai Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin awalnya menunjukkan sikap hati-hati, tetapi kemudian semakin terbuka dan hangat selama pertemuan puncak di Anchorage, Alaska, pada Jumat (15/8/2025). Pertemuan ini menjadi tatap muka pertama kedua pemimpin dalam enam tahun, dengan agenda utama membahas perang di Ukraina dan kerja sama ekonomi bilateral.
Pesawat Air Force One yang membawa Trump mendarat lebih dulu di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson. Namun, ia tetap berada di dalam pesawat dan berbincang dengan Gubernur Alaska hingga pesawat Putin tiba. Protokol ini tampaknya dirancang agar keduanya menuruni tangga pesawat hampir bersamaan, menekankan kesetaraan simbolis.
Keduanya kemudian saling menyapa di karpet merah. Trump terlihat bertepuk tangan sambil menunggu Putin mendekat. Menurut Beth Dawson, pakar komunikasi dari AS, gaya keduanya kontras, Trump turun perlahan dengan hati-hati, sedangkan Putin melangkah cepat penuh energi.
Dawson mencatat gestur kecil yang menunjukkan kewaspadaan, seperti Trump yang merapikan jasnya dan Putin yang sempat menyelipkan tangan ke dalam jas.
Pakar bahasa tubuh Patty Ann Wood menilai interaksi berikutnya memadukan rasa hormat, kontrol, dan keintiman. Trump tampak percaya diri, posturnya tegak, dan senyumnya alami. Sementara itu, Putin menunjukkan ekspresi tulus saat menyapa, bahkan mengulurkan tangan terlebih dahulu.
Jabat tangan keduanya menjadi sorotan. Kali ini Trump tidak memposisikan tangannya di atas, melainkan di bawah, sementara Putin di atas. Namun Trump tetap menarik Putin mendekat, sebuah gestur khas dominasi. Pertukaran simbolik ini berlanjut ketika keduanya saling menepuk lengan, menciptakan jabat tangan ganda yang dianalisis para ahli sebagai permainan kekuasaan halus, seperti catur bahasa tubuh.
Meski begitu, kehangatan tetap terlihat. Senyum dan kontak mata terjaga, kepala keduanya saling mendekat, bahkan Trump sempat merangkul siku Putin dan berbisik. Namun, ketegangan muncul ketika sesi foto bersama. Putin beberapa kali mengepalkan tangan, sementara ia memilih tidak menjawab pertanyaan wartawan tentang gencatan senjata di Ukraina, hanya menunjuk telinganya sebagai isyarat tidak mendengar.
Menurut Wood, pertemuan tersebut lebih menyerupai reuni sahabat lama dibandingkan momen konfrontatif. “Trump kali ini tidak menunjukkan tatapan dingin, melainkan hangat dan penuh perhatian,” ujarnya.
Meski berlangsung sekitar tiga jam, pertemuan tidak menghasilkan kesepakatan konkret. Namun, kedua pemimpin mengeklaim adanya kemajuan besar dalam pembicaraan mereka.