Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

PT Bank Tabungan Negara (BTN) memperkirakan tambahan likuiditas Rp 25 triliun dari pemerintah akan terserap habis pada akhir 2025

Minggu, 21 September 2025 | September 21, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-20T18:05:52Z

 PT Bank Tabungan Negara (BTN) memperkirakan tambahan likuiditas Rp 25 triliun dari pemerintah akan terserap habis pada akhir 2025, seiring dengan kuatnya permintaan kredit di sektor perumahan.



Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, dana tersebut menjadi penopang penting di tengah ketatnya persaingan antarbank dalam memperoleh pendanaan murah. Dengan tambahan ini, persaingan kini bergeser ke kemampuan menyalurkan kredit. 

“Dengan adanya tambahan dana Rp 25 triliun, likuiditas tidak menjadi masalah lagi bagi BTN, setidaknya dalam waktu 6 bulan. Saya perkirakan Desember (tahun ini) sudah habis terserap,” ujar Nixon dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (20/9/2025).Menurut Nixon, rata-rata penyaluran kredit BTN per bulan mencapai Rp 6-7 triliun, mencakup ekosistem perumahan maupun kredit non-perumahan. Saat ini BTN memiliki pipeline kredit lebih dari Rp 30 triliun, dan tambahan likuiditas akan mempercepat keputusan pembiayaan agar nasabah tidak beralih ke bank lain.

Sebelumnya, pemerintah menyalurkan Rp 200 triliun ke lima bank BUMN, dengan alokasi Rp 25 triliun untuk BTN. Dana tersebut berlaku enam bulan dan bisa diperpanjang, dengan tujuan menggairahkan sektor riil. Skema ini mirip dengan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) saat pandemi Covid-19, ketika BTN mendapat Rp 10 triliun dan berhasil menyalurkan kredit sebelum dana dikembalikan ke negara dalam dua tahun.Tambahan dana juga memberi ruang BTN untuk menurunkan biaya dana (cost of fund). Setelah keputusan pemerintah pada Jumat (12/9), BTN langsung memangkas bunga deposito special rate sebesar 50 basis poin pada Senin (15/9). “Dana Rp 25 triliun membantu BTN menurunkan suku bunga dana mahal, dan kami akan memastikan special rate terus turun hingga akhir tahun,” jelas Nixon.

Penurunan biaya dana ini, kata Nixon, akan memperkuat margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BTN. Hingga semester I 2025, NIM BTN tercatat naik 139 basis poin ke level 4,4%., seiring dengan kuatnya permintaan kredit di sektor perumahan.



Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, dana tersebut menjadi penopang penting di tengah ketatnya persaingan antarbank dalam memperoleh pendanaan murah. Dengan tambahan ini, persaingan kini bergeser ke kemampuan menyalurkan kredit. 

“Dengan adanya tambahan dana Rp 25 triliun, likuiditas tidak menjadi masalah lagi bagi BTN, setidaknya dalam waktu 6 bulan. Saya perkirakan Desember (tahun ini) sudah habis terserap,” ujar Nixon dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (20/9/2025).Menurut Nixon, rata-rata penyaluran kredit BTN per bulan mencapai Rp 6-7 triliun, mencakup ekosistem perumahan maupun kredit non-perumahan. Saat ini BTN memiliki pipeline kredit lebih dari Rp 30 triliun, dan tambahan likuiditas akan mempercepat keputusan pembiayaan agar nasabah tidak beralih ke bank lain.

Sebelumnya, pemerintah menyalurkan Rp 200 triliun ke lima bank BUMN, dengan alokasi Rp 25 triliun untuk BTN. Dana tersebut berlaku enam bulan dan bisa diperpanjang, dengan tujuan menggairahkan sektor riil. Skema ini mirip dengan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) saat pandemi Covid-19, ketika BTN mendapat Rp 10 triliun dan berhasil menyalurkan kredit sebelum dana dikembalikan ke negara dalam dua tahun.Tambahan dana juga memberi ruang BTN untuk menurunkan biaya dana (cost of fund). Setelah keputusan pemerintah pada Jumat (12/9), BTN langsung memangkas bunga deposito special rate sebesar 50 basis poin pada Senin (15/9). “Dana Rp 25 triliun membantu BTN menurunkan suku bunga dana mahal, dan kami akan memastikan special rate terus turun hingga akhir tahun,” jelas Nixon.

Penurunan biaya dana ini, kata Nixon, akan memperkuat margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BTN. Hingga semester I 2025, NIM BTN tercatat naik 139 basis poin ke level 4,4%.

×
Berita Terbaru Update