Dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan fertilitas dr Upik Anggraheni Sp OG, mengingatkan anak remaja yang hamil di bawah usia 20 tahun berisiko tinggi mengalami depresi pascapersalinan atau biasa disebut dengan istilah baby blues karena belum memiliki kesiapan mental yang matang.
“Remaja di usia 19 tahun kerap kali masih dalam proses pembentukan identitas jati diri. Belum sepenuhnya siap secara mental untuk bertanggung jawab jadi orang tua. Akhirnya ini yang meningkatkan risiko depresi pascapersalinan atau baby blues,” kata dr Upik, mengutip Antara, Sabtu (18/10/2025).
Hamil pada usia yang masih sangat muda, dituturkan dr Upik, pada kenyataan di lapangan seringnya terjadi tanpa perencanaan. Maka dari itu menyebabkan minimnya dukungan keluarga dan pasangan. Situasi ini bisa memperburuk risiko gangguan kesehatan mental, termasuk depresi pascamelahirkan, yang berdampak panjang terhadap kualitas hidup ibu muda tersebut.
Ia menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental selama kehamilan, terutama bagi remaja, dengan mengelola stres secara positif.
“Coba mencari kegiatan yang membuat diri rileks, dan terbuka membicarakan kekhawatiran dengan pasangan atau keluarga,” saran dr Upik.
Secara medis, dr Upik mengatakan usia reproduksi yang aman bagi perempuan untuk hamil adalah antara 20 hingga 35 tahun, sesuai rekomendasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Kesehatan.
Batas usia tersebut ditetapkan untuk menghindari kehamilan dengan faktor risiko tinggi, seperti melahirkan di usia terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak antar kehamilan, atau terlalu banyak anak.