-->

Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Elon Musk kembali menjadi sorotan setelah ajakan boikot Netflix baru-baru ini ramai dibicarakan publik

Jumat, 03 Oktober 2025 | Oktober 03, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-02T18:27:42Z

 Elon Musk kembali menjadi sorotan setelah ajakan boikot Netflix baru-baru ini ramai dibicarakan publik.



Miliarder pendiri Tesla dan pemilik X (dahulu Twitter) ini mendukung kampanye cancel Netflix karena menilai platform streaming raksasa tersebut mempromosikan agenda LGBT, khususnya dalam tayangan animasi untuk anak-anak.

Elon Musk memang dikenal sering melontarkan pernyataan kontroversial. Kali ini, dia menyoroti serial animasi Dead End: Paranormal Park.

Serial yang tayang pada 2022 ini dibatalkan pada 2023, tetapi tetap menjadi bahan perdebatan karena menampilkan karakter utama Barney, remaja transgender gay, serta tokoh lain dengan identitas LGBTQ+.Menurut Musk, konten seperti ini berbahaya bagi anak-anak karena dianggap mendorong agenda transgender pada audiens muda. Serial tersebut mendapat rating TV-Y7, yang berarti cocok untuk anak usia 7 tahun ke atas.

Pemicu utamanya adalah unggahan sutradara Dead End, Hamish Steele, yang dianggap mengejek kematian aktivis konservatif Charlie Kirk pada September 2025.

Musk lalu merespons dengan membagikan postingan akun konservatif seperti Libs of TikTok, menulis “Cancel Netflix untuk kesehatan anak-anakmu”, “Sama” saat mengonfirmasi dirinya juga membatalkan langganan Netflix.

Ajakan itu viral di X dengan jutaan tayangan. Ribuan pengguna melaporkan berhenti berlangganan, sementara saham Netflix sempat turun 2% pada Rabu (1/10/2025). Hingga kini, Netflix belum mengeluarkan pernyataan resmi.

Boikot ala Elon Musk ini bukanlah yang pertama. Pada 2022, dia pernah menyebut Netflix tidak bisa ditonton karena kualitas kontennya. Kali ini, dengan 226 juta pengikut di X, seruan Musk berpotensi mengguncang basis pelanggan.

Data awal menunjukkan ada penurunan jumlah pelanggan di Amerika Serikat setelah kampanye boikot viral. Meski begitu, Netflix masih menjadi raja streaming dengan lebih dari 100 juta pelanggan global.

Siapa Reed Hastings, Pendiri Netflix?

Di balik Netflix yang kini jadi target Elon Musk, ada sosok Reed Hastings, co-founder sekaligus mantan CEO Netflix. Lahir pada 8 Oktober 1960 di Boston, Massachusetts, dia adalah entrepreneur visioner dengan latar belakang matematika dan kecerdasan buatan.

Hastings lulus BA Matematika dari Bowdoin College (1983) dan MSc artificial intelligence dari Stanford University (1988). Sebelum mendirikan Netflix, dia pernah mengajar matematika di Swaziland lewat Peace Corps (1983–1985), lalu bekerja di perusahaan teknologi seperti Schlumberger.

Gagasan Netflix lahir pada 1997, ketika Hastings didenda US$ 40 karena terlambat mengembalikan film Apollo 13 di Blockbuster. Dari pengalaman itu, lahirlah ide layanan rental DVD via pos tanpa denda. Bersama Marc Randolph, dia mendirikan Netflix pada 1997.

Awalnya hanya layanan DVD-by-mail, Netflix kemudian beralih ke streaming pada 2007, memanfaatkan ledakan internet. Dari sinilah Netflix tumbuh menjadi raksasa hiburan digital. Reed Hastings memiliki kekayaan bersih US$ 6,39 miliar berdasarkan data Forbes 2025, dengan peringkat ke-607 dunia.

Kontroversi Elon Musk ajak cancel Netflix menunjukkan betapa eratnya hubungan antara hiburan, politik, dan representasi di era digital. Musk mendorong boikot atas konten LGBTQ+, sementara Reed Hastings tetap dikenang sebagai pendiri Netflix yang merevolusi cara dunia menikmati hiburan.

×
Berita Terbaru Update