Strava, aplikasi pelacak kebugaran asal Amerika Serikat (AS) mengumumkan rencana untuk melantai di bursa saham guna mendapatkan tambahan modal demi memperluas bisnisnya. Langkah ini diambil seiring meningkatnya popularitas olahraga lari di kalangan generasi Z.
Dilansir dari TechCrunch pada Senin (13/10/2025), CEO Strava Michael Martin menyebutkan bahwa rencana penawaran saham perdana (IPO) itu bisa saja dilakukan suatu saat nanti agar perusahaan memiliki lebih banyak dana untuk ekspansi dan akuisisi strategis.
Perusahaan yang mendapat dukungan dari Sequoia Capital, TCV, dan Jackson Square Ventures ini terakhir kali memiliki valuasi sebesar US$ 2,2 miliar pada Mei 2025. Strava kini menjadi pemimpin pasar aplikasi kebugaran global dengan lebih dari 50 juta pengguna aktif bulanan.
Menurut data Sensor Tower, Strava mendominasi aplikasi pelacak aktivitas fisik, dengan jumlah pengguna hampir dua kali lipat dibanding pesaing terdekatnya. Unduhan aplikasi tersebut bahkan melonjak 80% dibanding tahun sebelumnya.
Tren ini turut didorong oleh meningkatnya minat generasi Z terhadap olahraga lari, yang kini dianggap sebagai aktivitas sosial baru tanpa alkohol serta bermanfaat bagi kesehatan mental. Banyak pengguna juga menemukan komunitas bahkan pasangan melalui kegiatan ini.
Popularitas lari semakin terlihat dari lonjakan pendaftar London Marathon 2026 yang naik 31% menjadi 1,1 juta peserta pada 2025. Dalam momentum ini, Strava mencatat pendapatan langganan pengguna mencapai US$ 180 juta (Rp 2,9 triliun) hingga September 2025.
Namun, Strava menilai angka tersebut belum mencerminkan total pendapatan karena perusahaan juga meraih keuntungan dari kerja sama merek dan penyelenggaraan berbagai acara olahraga bersponsor.