Sebuah feri penumpang Korea Selatan yang membawa 267 orang, termasuk penumpang dan kru, mengalami kandas pada Rabu (19/11/2025) di ujung barat daya semenanjung Korea, memicu operasi penyelamatan dan mengingatkan publik akan tragedi feri besar pada 2014.
Dikutip Channel News Asia, Rabu, Presiden Lee Jae Myung, yang saat ini tengah melakukan kunjungan ke Timur Tengah, memerintahkan penyelamatan cepat semua orang di atas kapal untuk mencegah korban jiwa serta agar detail operasi disampaikan ke publik secara real-time
Pihak berwenang menurunkan seluruh sumber daya yang tersedia untuk operasi penyelamatan, menurut pernyataan penjaga pantai Korea Selatan. Hingga laporan terakhir, diyakini belum ada korban dan kapal tidak mengalami kebocoran.Disebutkan Channel News Asia, feri berbobot 26.000 ton bernama Queen Jenuvia 2 itu sedang melakukan perjalanan dari Pulau Jeju menuju Mokpo. Operator kapal yang berbasis di Mokpo, Seaworld Ferry, mencatat kapasitas kapal mencapai 1.010 penumpang, dengan beberapa dek bawah untuk kendaraan besar dan mobil penumpang.
Seorang pejabat penjaga pantai mengatakan feri menabrak sebuah pulau berbatu dekat Jindo. Rekaman video menunjukkan penumpang mengenakan jaket pelampung menunggu pemindahan ke kapal penyelamat yang mendekat. Bagian haluan kapal tampak tersangkut di tepi pulau kecil, namun posisi kapal tetap tegak dan penumpang terlihat tenang.
Kondisi cuaca di lokasi dilaporkan cerah dengan angin ringan. Perdana Menteri Kim Min-seok memerintahkan seluruh kapal dan peralatan yang tersedia untuk dikerahkan dalam operasi penyelamatan, menurut kantor perdana menteri.
Publik Korea Selatan masih mengenang tenggelamnya feri Sewol pada 2014, salah satu bencana terburuk negara itu dengan lebih dari 300 korban jiwa, mayoritas anak sekolah yang melakukan perjalanan ke Jeju.
Sewol berangkat dari pelabuhan Incheon di pantai barat sebelum tenggelam dekat lokasi insiden Rabu ini, meski lebih jauh dari pulau Jindo. Kapal tersebut kelebihan muatan, dimodifikasi secara ilegal, dan mengalami kemiringan saat melakukan belokan terlalu cepat. Penumpang diminta menunggu di kabin oleh kru sementara kapten dan sebagian kru naik terlebih dahulu ke kapal penjaga pantai. Proses penyelamatan yang lambat membuat banyak korban tewas di kabin mereka, sebelum kapal akhirnya tenggelam disaksikan publik melalui siaran langsung televisi.