Surplus perdagangan Indonesia diperkirakan menyempit pada September 2025 seiring melambatnya kinerja ekspor dan meningkatnya aktivitas impor. Meski demikian, Indonesia akan tetap mencatat surplus perdagangan 65 bulan berturut-turut.
Berdasarkan perkiraan Permata Institute for Economic Research (PIER), surplus perdagangan Indonesia pada September 2025 mencapai US$ 3,19 miliar, turun dibanding US$ 5,49 miliar pada Agustus 2025. Penurunan ini terutama disebabkan melambatnya ekspor bulanan, sementara impor justru meningkat.
"Surplus perdagangan Indonesia menurun karena ekspor yang mulai melambat setelah normalisasi pengiriman ke Amerika Serikat (AS) pascapenerapan tarif timbal balik, sementara aktivitas impor didorong oleh percepatan manufaktur domestik," ungkap Kepala Departemen Riset Makroekonomi dan Pasar Keuangan Permata Bank, Faisal Rachman dalam risetnya, dikutip Minggu (2/11/2025).Faisal menyoroti, ekspor September 2025 diproyeksikan tumbuh 7,72% secara tahunan, tetapi menurun 4,83% dibanding Agustus 2025. Ekspor industri hilir, seperti besi dan baja, diperkirakan tetap menjadi penggerak utama, sementara ekspor ke China naik seiring permintaan dari negara tersebut, tetapi ekspor ke AS dan Jepang turun.
Sementara itu, impor diperkirakan meningkat 9,28% yoy, didukung pertumbuhan manufaktur domestik. Penerimaan bea masuk juga naik sekitar 5,77% bulan ke bulan, mencerminkan aktivitas impor yang lebih tinggi.
Faisal menambahkan, meskipun defisit transaksi berjalan (CAD) kemungkinan melebar pada paruh kedua 2025, dampaknya tetap terkendali. Pertumbuhan impor yang lebih cepat dari ekspor bisa memengaruhi net export, tetapi CAD diproyeksikan tetap dalam kisaran aman bagi kebijakan moneter Bank Indonesia.
PIER memproyeksikan CAD melebar menjadi 0,81% dari PDB pada 2025, dibanding 0,62% pada 2024. Cadangan devisa diperkirakan mencapai US$ 150–US$ 156 miliar, sementara nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak antara Rp 16.200–Rp 16.400 per dolar AS.
Dengan kondisi ini, Faisal menuturkan, Indonesia diharapkan tetap mampu mempertahankan stabilitas makroekonomi meski menghadapi tekanan global, termasuk perang dagang dan normalisasi ekspor ke AS.
Adapun statistik resmi neraca perdagangan ekspor dan impor dari Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan rilis pada Senin (3/11/2025). BPS juga akan mengumumkan data inflasi Oktober 2025.