Untuk menggenjot
pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun, pemerintah dan pelaku usaha
menggelontorkan berbagai diskon dan insentif dalam momentum Natal dan Tahun
Baru (Nataru). Mulai dari potongan harga ritel, hari belanja online nasional
(harbolnas), hingga diskon tiket transportasi dan tarif tol. Seluruh kebijakan
ini dirancang untuk memperkuat daya beli dan mobilitas masyarakat.
Pemerintah memproyeksikan belanja masyarakat selama periode
Nataru 2025/2026 mencapai Rp 110 triliun hingga Rp 120 triliun. Lonjakan
konsumsi ini diharapkan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional
pada kuartal IV 2025 yang ditargetkan bisa mencapai 5,4% hingga 5,6%.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
mengatakan, pemerintah telah menyiapkan berbagai stimulus belanja dan kemudahan
mobilitas untuk mendorong konsumsi domestik. “Total belanja pada Desember 2025
diperkirakan mencapai Rp 110 triliun hingga Rp 120 triliun, yang diharapkan
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi,” kata Airlangga dalam di
Istana Negara, Senin (15/12/2025).
Airlangga menjelaskan, salah satu pendorong utama konsumsi
adalah program belanja Nataru, termasuk Harbolnas pada 12–16 Desember 2025 yang
ditargetkan membukukan transaksi hingga Rp 34 triliun.
Selain itu, belanja ritel di pusat perbelanjaan dengan
diskon hingga 80% diproyeksikan mencatatkan transaksi sekitar Rp 30 triliun.
Sementara belanja di ritel modern dan ritel kecil sepanjang 1–31 Desember 2025
ditargetkan mencapai Rp 56 triliun.
Secara keseluruhan, peningkatan konsumsi tersebut diharapkan
mampu menjaga pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2025 tetap berada di atas 5,4%. Untuk
mendukung mobilitas masyarakat selama Nataru, pemerintah juga menyiapkan
berbagai insentif transportasi. Di antaranya diskon 30% tiket kereta api
non-PSO untuk perjalanan 22 Desember 2025 hingga 10 Januari 2026, serta diskon
20% tarif kapal Pelni pada periode 17 Desember 2025 hingga 10 Januari 2026.
Sementara itu, tiket pesawat udara mendapat potongan harga
sekitar 13%–14%, dengan periode pembelian mulai 22 Oktober 2025 hingga 10
Januari 2026 dan periode penerbangan 22 Desember 2025 sampai dengan 10 Januari
2026.
Pemerintah juga menggenjot sektor pariwisata melalui
penyelenggaraan 37 agenda pariwisata sepanjang Desember 2025 guna memperkuat
konsumsi domestik.
Selain momen Nataru, dorongan pertumbuhan ekonomi juga
berasal dari belanja pemerintah yang sudah di atas 90%. Selain itu, beragam
program stimulus seperti bantuan sosial bagi masyarakat miskin juga akan
mendorong perekonomian.
“Ada kontribusi dari government spending, program bansos,
dan tambahan program yang berkaitan dengan mobilitas masyarakat. Kami
optimistis mencapai (pertumbuhan ekonomi) 5,4% hingga 5,6%,” kata Airlangga.
Optimisme Purbaya
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa juga
menyampaikan optimismenya bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2025 akan menguat, seiring pelaksanaan
berbagai insentif pemerintah menjelang libur Nataru.
Menkeu Purbaya menjelaskan, penguatan daya dorong ekonomi
juga ditopang oleh penyaluran bantuan langsung tunai sementara (BLTS) sejahtera
dengan total anggaran Rp 31 triliun. Hingga kini, realisasi penyaluran BLTS
sejahtera telah melampaui Rp 29 triliun, sementara sisa anggaran masih dalam
proses distribusi kepada masyarakat.
“Sekarang sudah lebih
dari Rp 29 triliun, jadi tinggal sedikit lagi yang akan disalurkan. Seharusnya
pada triwulan keempat, khususnya Desember ini, daya dorong ekonomi akan lebih
baik dibandingkan tahun lalu,” ujar Purbaya, Senin (15/12/2025).
Ia menegaskan, subsidi transportasi yang mencakup kereta
api, jalan tol, kapal laut, hingga pesawat udara selama periode Nataru telah
diperhitungkan dari sisi anggaran dan perlu disosialisasikan secara luas kepada
masyarakat. Di sisi lain, Purbaya menilai kondisi perekonomian nasional secara
umum menunjukkan perbaikan, meski masih terdapat sejumlah aspek yang perlu
dikonsolidasikan.
“Secara keseluruhan kondisinya membaik. Memang masih ada
sedikit kelemahan, tetapi ke depan terlihat ada perbaikan. Beberapa anggaran
akan dikonsolidasikan agar penyalurannya lebih lancar dan uang bisa semakin
berputar di sistem ekonomi,” kata Purbaya.
Apindo Lebih Hati-hati Melihat Prospek
Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)
memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2025 berada di
kisaran 5,1% hingga 5,3%, lebih rendah dari target pemerintah sebesar 5,6%.
“Pertumbuhan kuartal keempat diperkirakan itu akan mencapai
5,1% sampai 5,3%. Jadi mungkin kita tidak seoptimistis pemerintah sampai 5,6 persen,”
ujar Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani dalam konferensi pers di kantor
DPN Apindo, Jakarta, Senin (8/12/2025).
Meski demikian, Apindo menilai momentum musiman akhir tahun,
seperti Natal dan Tahun Baru, tetap memberi peluang penguatan ekonomi melalui
peningkatan konsumsi dan aktivitas perdagangan. Percepatan belanja pemerintah
serta penempatan dana SAL dan Silpa ke perbankan nasional sebesar Rp 276
triliun juga dinilai memberi dorongan tambahan.
Secara keseluruhan, Apindo melihat perekonomian Indonesia
sepanjang 2025 masih terjaga dengan tren pertumbuhan yang relatif stabil.
Ekonomi nasional tumbuh 4,78% pada kuartal I, meningkat menjadi 5,12% pada
kuartal II, dan berada di 5,04% pada kuartal III.
Untuk sepanjang 2025, Apindo memperkirakan pertumbuhan
ekonomi nasional berada pada kisaran 5% hingga 5,2% secara tahunan
