Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Mantan pelatih timnas sepak bola putri Timo Scheunemann menekankan pentingnya membangun ekosistem sepak bola sejak dini

Senin, 05 Mei 2025 | Mei 05, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-04T19:28:20Z

  Mantan pelatih timnas sepak bola putri Timo Scheunemann menekankan pentingnya membangun ekosistem sepak bola sejak dini, terutama untuk anak-anak usia 10 hingga 12 tahun. Menurutnya, usia ini merupakan masa krusial dalam pembentukan kemampuan dasar bermain sepak bola.



Timo menyarankan anak-anak pada rentang usia tersebut idealnya berlatih bersama tim sebanyak dua hingga tiga kali dalam seminggu dan mengikuti satu pertandingan. Namun, bagi anak yang memiliki bakat menonjol, intensitas latihan dapat ditingkatkan hingga empat kali seminggu.

"Latihan tim memang penting, tetapi di usia ini latihan individu justru lebih menentukan perkembangan mereka," ujar Timo dalam wawancara di Jakarta, Minggu (4/5/2025), seusai final Milklife Soccer Challenge Jakarta 2025.Ia juga menyoroti perbedaan pendekatan antara sekolah sepak bola (SSB) dan sekolah formal dalam menyelenggarakan kompetisi. Menurutnya, untuk anak laki-laki, turnamen antar-SSB lebih cocok karena pesertanya umumnya sudah memiliki minat besar terhadap sepak bola.

Namun, situasi berbeda terjadi pada sepak bola putri. Minimnya jumlah SSB khusus putri membuat penyelenggaraan kompetisi sulit dilakukan lewat jalur tersebut.

"Makanya kami bangun fondasi sepak bola putri lewat jalur sekolah. Kami turun langsung ke sekolah dasar untuk mengenalkan dan mempromosikan manfaat mengikuti kompetisi ini," paparnya. Timo juga telah menginisiasi sejumlah turnamen sepak bola usia dini untuk putri selama dua tahun terakhir. Melalui inisiatif ini, mereka berharap dapat menjaring bibit pemain putri potensial yang nantinya bisa mengembangkan diri di SSB dan membentuk jaringan pengembangan pemain yang lebih luas.

Ia mengungkapkan, meski timnas sepak bola putri Indonesia sudah menunjukkan prestasi di level internasional, pengembangan di tingkat akar rumput masih menghadapi tantangan besar. Salah satunya adalah masih minimnya sosok panutan bagi pemain muda perempuan.

Menurut Timo, kehadiran figur inspiratif seperti Shafira Ika dan keponakannya, Claudia Scheunemann, sangat penting untuk menghapus stigma bahwa perempuan yang bermain sepak bola kehilangan sisi femininnya.

“Shafira itu pemain bola, tetapi tetap cantik. Claudia juga begitu, jago main, atletis, tetapi tetap feminin. Anak-anak dan orang tua jadi punya sosok panutan yang menyenangkan, yang tidak dianggap negatif,” ujarnya tentang pembinaan usia dini para pemain sepak bola putri.

Ia menegaskan bahwa anak-anak, khususnya perempuan, perlu diyakinkan bahwa bermain bola tidak akan menghilangkan jati diri mereka sebagai perempuan. "Itu penting untuk membongkar stigma yang masih ada," tutup Timo tentang sepak bola putri.

×
Berita Terbaru Update