Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

David Elleray, yang merupakan figur penting dalam pengembangan aturan sepak

Kamis, 17 Juli 2025 | Juli 17, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-16T19:58:02Z

 PSSI kembali mengambil langkah strategis untuk membenahi sistem sepak bola nasional. Kali ini, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menghadirkan Direktur Teknik International Football Association Board (IFAB) David Elleray, dalam workshop laws of the game (LOTG) yang digelar di ballroom Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (16/7/2025).



“Kita harus terus perbaiki sistem kompetisi. Tadi disampaikan langsung oleh David dari IFAB, organisasi yang membuat aturan sepak bola dunia,” ujar Erick.

Erick menegaskan pentingnya pemahaman menyeluruh terhadap aturan sepak bola sebagai fondasi untuk menciptakan kompetisi yang adil, aman, dan profesional, mulai dari Liga 1 hingga pembinaan usia dini.

Workshop ini menjadi salah satu bentuk komitmen PSSI dalam meningkatkan kualitas human capital bidang sepak bola, termasuk wasit, pelatih, hingga administrator.

Salah satu aturan terbaru yang disoroti adalah batas waktu kiper memegang bola. Menurut David Elleray, kiper hanya boleh memegang bola selama maksimal 8 detik. Jika melebihi batas itu, wasit berhak memberikan sanksi tendangan sudut kepada lawan.

“Ini akan mulai diuji coba di Liga 1 dan Liga 2 tahun ini,” kata Erick, merujuk pada masukan dari Ogawa, anggota Komite Wasit.

David Elleray, yang merupakan figur penting dalam pengembangan aturan sepak bola dunia, memaparkan sejumlah materi penting:
1. Sejarah dan prinsip dasar laws of the game.
2. Revisi aturan sesuai kebutuhan sepak bola modern.
3. Tantangan dalam menjaga integritas kompetisi.
4. Peran penting pembinaan usia dini dalam sepak bola masa depan.

Workshop LOTG ini juga dihadiri berbagai pemangku kepentingan, mulai dari anggota PSSI, operator Liga Indonesia Baru (LIB), hingga perwakilan Gala Siswa Indonesia (GSI).

Erick berharap kegiatan ini menjadi pemicu transformasi menyeluruh pada tubuh sepak bola Indonesia. Ia ingin perbaikan dimulai dari sumber daya manusia yang kompeten. “Transformasi harus didasari kapabilitas dan perbaikan human capital,” tegasnya.

×
Berita Terbaru Update