Di tengah melimpahnya cadangan beras pemerintah, situasi berbeda terjadi di Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar). Stok beras di pasaran menipis, sedangkan harganya terus merangkak naik sejak akhir Mei 2025.
Pantauan di pasar tradisional Sentral Pekkabata, Kecamatan Polewali, menunjukkan harga beras premium kini mencapai Rp 410.000 per 25 kilogram (kg), naik sekitar 17% dari sebelumnya Rp 350.000. Jika dihitung per kg, harga melonjak dari Rp 14.000 menjadi Rp 16.000.
Sementara itu, beras medium dijual di kisaran Rp 15.000 per kg. Namun, sudah dua pekan terakhir stoknya kosong di pasaran. Para pedagang mengaku kesulitan mendapatkan suplai, bahkan harus antre panjang di pabrik penggilingan.
"Setiap kali ke pabrik, kami harus antre karena permintaan sangat tinggi. Stok di toko juga mulai habis," ujar Ilham, pedagang beras di Pasar Sentral, Rabu (2/7/2025).
Ia menambahkan, kenaikan harga terjadi sebanyak lima kali dalam sebulan terakhir. Salah satu penyebab yang diduga adalah berakhirnya masa panen dan tidak stabilnya distribusi dari pabrik.
Tak hanya pedagang, warga juga mengeluhkan lonjakan harga yang membebani kebutuhan rumah tangga. "Saya baru beli beras 5 kg seharga Rp 85.000. Bulan lalu masih Rp 75.000. Kenaikannya sangat terasa, apalagi bagi kami ibu rumah tangga," ujar Hajriani, warga Manding.
Ia berharap pemerintah segera turun tangan untuk menstabilkan harga. "Kalau beras mahal, tidak bisa diganti karena ini kebutuhan pokok. Tidak mungkin kami beralih ke beras medium karena stoknya juga tidak ada," jelas Hajriani.
Ironisnya, beras SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan) milik pemerintah yang biasa menjadi solusi saat harga naik, kini juga sudah tak beredar sejak pertengahan Ramadan. "Terakhir ada saat Ramadan. Sekarang banyak warga mencarinya, tapi tidak ada. Saya juga tidak tahu kenapa belum disalurkan lagi," pungkas Ilham.
Masyarakat berharap pemerintah segera bertindak untuk mengendalikan harga dan memperbaiki distribusi agar kebutuhan pokok seperti beras tetap terjangkau.