Kepribadian adalah bagian dari siapa kita. Ia membentuk cara kita berpikir, merasakan, dan berperilaku. Namun, apa jadinya jika justru kepribadian itu menjadi sumber konflik dalam hidup? Inilah yang dialami oleh mereka yang mengalami gangguan kepribadian, atau personality disorder—sebuah kondisi mental serius yang jauh lebih kompleks daripada sekadar “sifat buruk” atau “karakter yang sulit.”
Dilansir dari Medical News Today, gangguan kepribadian terjadi ketika seseorang memiliki pola pikir dan perilaku yang kaku serta maladaptif, hingga mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, bahkan kehidupan pribadi. Secara umum, terdapat 10 jenis utama gangguan kepribadian yang dikelompokkan dalam tiga kluster: A, B, dan C..
yuk kita kenali lebih dekat satu per satu jenisnya agar kita bisa lebih memahami, bukan menghakimi.
Kluster A: Eksentrik dan Tertutup
Orang-orang dalam kluster ini kerap dianggap berbeda atau tertutup, karena cara berpikir dan berperilaku mereka cenderung menyimpang dari norma sosial yang umum
Paranoid Personality Disorder
Ditandai dengan rasa curiga ekstrem. Penderita selalu merasa orang lain punya motif tersembunyi, meski tidak ada bukti jelas. Mereka sulit mempercayai orang lain, bahkan orang terdekat.
Schizoid Personality Disorder
Mereka cenderung menarik diri dari kehidupan sosial. Bukan karena trauma, melainkan karena tidak tertarik. Mereka nyaman menyendiri, tidak menunjukkan emosi, dan nyaris tidak punya keinginan menjalin hubungan.
Schizotypal Personality Disorder
Penderita memiliki pola pikir eksentrik—misalnya percaya pada kekuatan gaib atau membaca pikiran. Mereka bisa terlihat aneh, gugup saat bicara dengan orang, dan cenderung sulit menjalin hubungan sosial yang erat.
Kluster B: Emosional, Dramatis, dan Impulsif
Kelompok ini mencakup gangguan yang membuat emosi meledak-ledak, reaksi dramatis, dan keputusan impulsif yang sering kali sulit diprediksi oleh orang di sekitarnya.
Antisocial Personality Disorder
Berbeda dari istilah “anti-sosial” dalam bahasa sehari-hari. Penderita kondisi ini mengabaikan norma sosial, bersikap manipulatif, dan tak memiliki empati. Mereka bisa melakukan tindakan merugikan tanpa rasa bersalah.
Borderline Personality Disorder (BPD)
Sangat emosional dan takut ditinggalkan. Mereka kerap mengalami perubahan suasana hati secara ekstrem, memiliki pandangan diri yang tidak stabil, serta menjalani hubungan yang naik-turun dan penuh konflik.
Histrionic Personality Disorder
Suka menjadi pusat perhatian. Penderita mungkin tampil dramatis, emosional, bahkan berlebihan untuk menarik perhatian orang lain. Namun, di balik itu, ada kebutuhan mendalam untuk merasa dihargai.
Narcissistic Personality Disorder
Di permukaan, mereka tampak percaya diri dan merasa dirinya istimewa. Namun di balik itu, ada rasa rapuh yang tersembunyi. Mereka sangat butuh pujian dan validasi, dan bisa sangat tersinggung jika dikritik.
Kluster C: Penuh Ketakutan dan Kekhawatiran
Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian yang muncul dari rasa cemas berlebihan dan ketakutan akan penolakan, kegagalan, atau kehilangan kendali.
Avoidant Personality Disorder
Sangat sensitif terhadap kritik dan penolakan. Mereka ingin menjalin hubungan, tapi terlalu takut untuk mencoba. Akibatnya, mereka lebih memilih menghindari interaksi sosial demi menghindari rasa malu.
Dependent Personality Disorder
Ketergantungan ekstrem terhadap orang lain. Mereka kesulitan membuat keputusan sendiri, selalu mencari bimbingan, dan takut ditinggalkan. Sering kali mereka mempertahankan hubungan yang tidak sehat karena takut sendirian.
Obsessive-Compulsive Personality Disorder (OCPD)
Bukan OCD ya! meski mirip namanya, OCPD lebih berkaitan dengan perfeksionisme, kebutuhan akan keteraturan, dan kontrol yang ekstrem. Penderita sangat terobsesi pada aturan dan efisiensi, sampai-sampai bisa mengorbankan fleksibilitas dan kehangatan dalam hubungan.
Apakah Gangguan Kepribadian Bisa Diobati?
Jawabannya: bisa dikelola, meskipun prosesnya tidak selalu mudah.
Gangguan kepribadian adalah kondisi kompleks yang membutuhkan pendekatan jangka panjang. Namun dengan perawatan yang tepat, banyak penderita bisa menjalani hidup yang lebih stabil dan bermakna. Beberapa metode penanganan yang umum digunakan meliputi:
- Psikoterapi Terapi bicara, seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT), terbukti efektif dalam membantu penderita mengenali dan mengubah pola pikir serta perilaku yang bermasalah. Ini adalah pendekatan utama dalam pengobatan gangguan kepribadian.
- Obat-obatan Meskipun tidak menyembuhkan langsung, obat seperti antidepresan, penstabil suasana hati, atau obat anti-kecemasan dapat membantu mengelola gejala tambahan seperti depresi atau rasa cemas yang ekstrem.
- Dukungan Sosial Lingkungan yang suportif, termasuk keluarga, pasangan, atau teman dekat, dapat menjadi kekuatan besar dalam proses pemulihan. Pemahaman dan empati dari orang sekitar sering kali menjadi “terapi alami” yang tidak kalah penting.
Gangguan kepribadian bukanlah bentuk kelemahan atau “kurang kuat secara mental”. Ini adalah kondisi medis yang nyata, dan layak mendapat perhatian serta perawatan profesional.
Dengan bantuan yang tepat, banyak penderita bisa membangun hubungan yang sehat, memahami diri mereka lebih dalam, dan menjalani kehidupan dengan kualitas yang lebih baik.