Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Lebih dari 4.000 warga Tuvalu, atau sekitar 42% dari total populasi negara kecil di Pasifik itu, telah mengajukan visa iklim untuk bermigrasi ke Australia

Kamis, 03 Juli 2025 | Juli 03, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-02T19:23:38Z

  



Lebih dari 4.000 warga Tuvalu, atau sekitar 42% dari total populasi negara kecil di Pasifik itu, telah mengajukan visa iklim untuk bermigrasi ke Australia. Lonjakan pengajuan ini terjadi sebagai respons terhadap ancaman nyata kenaikan permukaan laut yang mengancam eksistensi Tuvalu.

Program visa iklim yang ditawarkan oleh pemerintah Australia membuka kuota tahunan bagi 280 warga Tuvalu untuk bermigrasi, sebagai bagian dari perjanjian Falepili Union antara kedua negara. Kesepakatan ini menjadi bentuk kerja sama adaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang semakin ekstrem.

Dengan rata-rata ketinggian daratan hanya dua meter di atas permukaan laut, Tuvalu menghadapi ancaman tenggelam dalam beberapa dekade mendatang. Bila tren migrasi terus berlangsung sesuai kuota tahunan dan minat warga tetap tinggi, negara ini bisa kehilangan seluruh penduduknya dalam 35 tahun.

Sejak pendaftaran visa dibuka pada pertengahan Juni 2025 melalui sistem undian, sebanyak 1.124 warga telah mendaftarkan diri. Jika dihitung beserta anggota keluarga mereka, jumlah total pemohon mencapai 4.052 orang, berdasarkan data resmi yang diperoleh Kyodo News. Undian ini akan ditutup pada 18 Juli 2025, dan pemohon terpilih dapat melanjutkan ke tahap pengajuan resmi.

Sementara program ini memberi harapan baru bagi para warga, pemerintah Tuvalu tetap berupaya mempertahankan eksistensi negaranya. Berbagai proyek reklamasi daratan dan pembangunan infrastruktur pesisir terus dilakukan guna memperkuat daya tahan wilayah terhadap ancaman iklim ekstrem.

Pemerintah Tuvalu menekankan bahwa skema migrasi Falepili Union bukanlah jalan satu arah. Sebaliknya, visa tersebut diharapkan bisa digunakan untuk memfasilitasi warga yang ingin belajar dan mengembangkan keterampilan di Australia, lalu kembali membangun tanah air mereka.

Namun demikian, menurut Jess Marinaccio, mantan pejabat Kementerian Luar Negeri Tuvalu yang kini menjadi asisten profesor di California State University, tingginya minat warga terhadap program ini mengindikasikan potensi terjadinya migrasi besar-besaran.

"Meski hanya tersedia 280 visa per tahun, tingginya minat menunjukkan bahwa warga akan terus mengajukan visa. Hal ini bisa mempersulit upaya penyelamatan Tuvalu," jelasnya.

Berdasarkan laporan NASA’s Sea Level Change Team, Tuvalu yang terdiri dari sembilan atol koral telah mengalami kenaikan permukaan laut sebesar 15 cm dalam 30 tahun terakhir, naik 1,5 kali lebih cepat dari rata-rata global. Proyeksi NASA menyebutkan bahwa pada 2050, sebagian besar wilayah Tuvalu seluas 26 kilometer persegi akan berada di bawah permukaan rata-rata pasang naik, termasuk seluruh infrastruktur vitalnya.

×
Berita Terbaru Update