Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengecam latihan militer gabungan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel). Ia menyebut latihan tersebut sebagai tanda kehendak memicu perang yang berpotensi menghancurkan perdamaian serta keamanan di kawasan, menurut laporan media pemerintah Korut, KCNA, Selasa (19/8/2025).
Pernyataan Kim disampaikan sehari sebelumnya saat menginspeksi uji operasi sistem persenjataan kapal perusak multiperan berbobot 5.000 ton yang diluncurkan di pelabuhan barat Nampho pada April lalu. Ia juga menyerukan agar arsenal nuklir Korut segera diperluas karena situasi keamanan yang dianggap semakin memburuk.
Latihan Ulchi Freedom Shield yang digelar AS dan Korsel sejak Senin berlangsung selama 11 hari. Namun, sebagian jadwal latihan ditunda hingga September, yang dinilai sebagai pendekatan lebih lunak terhadap Korut oleh Presiden Korsel baru, Lee Jae Myung.
Meski demikian, Kim menilai latihan tahunan tersebut sebagai bukti nyata niat AS dan Korsel untuk terus bermusuhan. Ia menuding kedua negara “baru-baru ini merancang hubungan militer dengan melibatkan elemen nuklir.”
Seusai menyaksikan uji coba sistem persenjataan kapal perusak Choe Hyon, Kim menyatakan puas dengan kemajuan Angkatan Laut Korut yang disebutnya berteknologi tinggi dan bersenjata nuklir. Ia juga menerima laporan pembangunan kapal perusak ketiga di galangan Nampho, yang ditargetkan rampung pada Oktober 2026.
Menurut KCNA, kapal perusak tersebut dinamai dari seorang pejuang revolusioner anti-Jepang dan diyakini mampu membawa senjata nuklir, serta dilengkapi sistem rudal jelajah supersonik dan rudal balistik taktis.
Kim menegaskan, kondisi keamanan di sekitar Korut semakin serius dari hari ke hari. Karena itu, ia menilai perlu adanya perubahan radikal dan cepat dalam doktrin serta praktik militer, termasuk percepatan nuklirisasi untuk memperkuat pertahanan nasional.