Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa industri manufaktur nasional masih memiliki peluang pertumbuhan yang luas. Hal ini tercermin dari tingkat utilisasi sektor manufaktur yang baru berada di kisaran 59,28%.
“Tingkat pemanfaatan kapasitas industri pengolahan nonmigas saat ini mencapai 59,28%. Ini menunjukkan ruang ekspansi dan peningkatan kapasitas produksi nasional masih terbuka lebar untuk mendorong PDB menuju level optimal,” kata Agus, Kamis (6/11/2025).
Ia menyampaikan bahwa di tengah tekanan perekonomian global, performa industri manufaktur Indonesia justru tetap menguat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kementerian Perindustrian, industri pengolahan nonmigas tumbuh 5,58% secara tahunan (year on year) pada triwulan III 2025. Capaian tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04%.Dari sisi pengeluaran, peningkatan kinerja manufaktur didorong oleh kenaikan ekspor dan investasi. Pada triwulan III 2025, ekspor nonmigas meningkat 12,56% dan memberikan kontribusi 85,21% terhadap total ekspor nasional.
Agus menjelaskan lima komoditas manufaktur dengan pertumbuhan ekspor terbesar pada kuartal III 2025, yakni lemak dan minyak hewan/nabati, besi-baja, mesin serta peralatan listrik, perhiasan dan permata, serta kendaraan beserta komponennya. Masing-masing tumbuh 50,34%, 15,88%, 17,55%, 82,43%, dan 8,12%.
“Produk manufaktur kini menjadi tulang punggung ekspor Indonesia. Ini menunjukkan daya saing industri dalam negeri mampu bersaing dengan produsen global, sekaligus memperkuat surplus neraca dagang nasional,” ujarnya.
Sepanjang Januari–September 2025, realisasi investasi sektor manufaktur mencapai Rp 562,7 triliun, terdiri atas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 178,9 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 383,8 triliun.
Dari total investasi nasional, sektor ini berkontribusi 37,73%, sementara sumbangannya terhadap ekspor mencapai 81%. “Data tersebut menegaskan bahwa iklim investasi di sektor manufaktur Indonesia tetap menarik bagi investor lokal maupun asing,” tutur Agus.
Pada sisi ketenagakerjaan, industri pengolahan menyerap 20,31 juta pekerja atau sekitar 13,86% dari total tenaga kerja nasional. Sepanjang Februari–Agustus 2025 saja, sektor ini menambah sekitar 210.000 pekerja dan menjadi penyerap tenaga kerja terbesar kedua setelah konstruksi.
“Penyerapan tenaga kerja yang kuat mempertegas peran sektor manufaktur dalam menyediakan lapangan kerja formal serta mendukung kesejahteraan keluarga pekerja dan perekonomian nasional,” kata Agus.