-->

Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, kembali memicu perbincangan global setelah menghidupkan kembali ambisinya untuk mengakuisisi wilayah Greenland.

Rabu, 24 Desember 2025 | Desember 24, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-12-24T01:56:57Z

 Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, kembali memicu perbincangan global setelah menghidupkan kembali ambisinya untuk mengakuisisi wilayah Greenland. Isu yang sempat dianggap sebagai lelucon politik pada 2019 kini menunjukkan arah yang lebih serius dan strategis.



Keseriusan tersebut ditandai dengan langkah Trump menunjuk Gubernur Louisiana Jeff Landry, sebagai utusan khusus yang akan menangani urusan diplomatik terkait Greenland.

Penunjukan ini mengisyaratkan rencana lama Trump bukan sekadar wacana, melainkan bagian dari kepentingan geopolitik AS yang lebih luas.

Langkah diplomatik ini diharapkan mampu membuka jalur komunikasi strategis antara AS dengan Greenland yang merupakan wilayah otonom di bawah Kerajaan Denmark.

 

Meskimenuai kritik dan penolakan, langkah Trump dinilai dapat mengubah dinamika hubungan internasional di kawasan Arktik.

 

Alasan Trump Mengincar Greenland

Ketertarikan Amerika Serikat terhadap Greenland bukan tanpa alasan. Pulau terbesar di dunia tersebut memiliki nilai strategis yang sangat besar, baik dari sisi geopolitik, ekonomi, hingga pertahanan global.

 

Dari perspektif sumber daya alam, Greenland dikenal memiliki cadangan mineral langka dalam jumlah besar. Mineral ini sangat dibutuhkan dalam industri teknologi tinggi, termasuk produksi baterai kendaraan listrik, perangkat elektronik, serta teknologi energi terbarukan.

 

Selain mineral langka, Greenland juga menyimpan potensi minyak bumi, gas alam, dan emas yang nilainya diperkirakan sangat fantastis.

 

Dalam transisi energi global, keberadaan sumber daya tersebut menjadikan Greenland sebagai wilayah strategis yang diperebutkan banyak negara besar. Amerika Serikat melihat peluang besar untuk mengamankan pasokan bahan mentah penting guna menjaga stabilitas industrinya di masa depan.

 

Selain kekayaan alam, letak geografis Greenland juga menjadi faktor utama. Berada di kawasan Arktik, Greenland memiliki posisi militer yang sangat penting bagi Amerika Serikat.

 

Wilayah ini dinilai sebagai benteng pertahanan alami untuk memantau pergerakan militer Rusia serta ekspansi ekonomi dan riset ilmiah China di kawasan kutub utara.

 

Keistimewaan Greenland yang Membuat Dunia Melirik

Greenland bukan sekadar pulau es seperti yang sering dibayangkan. Wilayah ini memiliki sejumlah keistimewaan yang menjadikannya sangat bernilai di mata dunia internasional.

 

Salah satu keistimewaan utama Greenland adalah luas wilayahnya yang mencapai lebih dari dua juta kilometer persegi, menjadikannya pulau terbesar di dunia. Namun, populasi penduduknya relatif kecil, sehingga pengelolaan sumber daya alam masih sangat terbuka untuk dikembangkan.

 

Dari sisi iklim dan lingkungan, Greenland memegang peran penting dalam keseimbangan iklim global. Lapisan es raksasa di wilayah ini berfungsi sebagai indikator perubahan iklim dunia.

 

Mencairnya es Greenland dapat berdampak langsung pada kenaikan permukaan air laut secara global, sehingga kawasan ini menjadi pusat perhatian ilmuwan internasional.

 

Selain itu, Greenland memiliki jalur pelayaran baru yang semakin terbuka akibat mencairnya es Arktik. Jalur ini berpotensi mempercepat distribusi perdagangan internasional dan mengubah peta ekonomi global. Inilah salah satu alasan mengapa negara-negara besar berlomba meningkatkan pengaruhnya di kawasan Arktik.

 

Dari sisi politik, Greenland memiliki status otonomi khusus, dengan pemerintahan sendiri meskipun tetap berada di bawah kedaulatan Denmark. Kondisi ini menjadikan Greenland memiliki posisi tawar yang unik dalam percaturan geopolitik global.

 

Respons Denmark dan Pemerintah Lokal Greenland

Rencana dan ambisi Trump tidak berjalan mulus. Pemerintah Denmark dan otoritas lokal Greenland secara tegas menolak segala bentuk upaya pengambilalihan wilayah tersebut.

 

Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen, bersama Perdana Menteri Greenland, Jens-Frederik Nielsen, menegaskan kedaulatan wilayah Greenland berakar kuat pada hukum internasional.

 

Mereka menyatakan Greenland bukan komoditas yang dapat diperjualbelikan. Pemerintah Denmark dan Greenland menuntut penghormatan penuh terhadap integritas teritorial serta prinsip-prinsip hukum internasional.

 

Dalam pernyataannya, mereka menegaskan bahwa Greenland adalah milik rakyat Greenland, dan tidak akan pernah dijual kepada pihak mana pun.

 

Penegasan ini menjadi sinyal kuat ambisi Trump akan menghadapi tantangan diplomatik yang sangat besar, baik dari Denmark maupun komunitas internasional.

Sejarah Ambisi Amerika Serikat di Greenland

Donald Trump bukanlah tokoh pertama yang mencoba mengakuisisi Greenland. Sejarah mencatat Amerika Serikat telah lama menunjukkan ketertarikan terhadap pulau tersebut.

Pada 1867, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sempat menjajaki kemungkinan pembelian Greenland dan Islandia. Upaya ini kemudian berlanjut pada era Presiden Harry Truman yang menawarkan dana sebesar US$ 100 juta kepada Denmark dalam bentuk emas untuk membeli Greenland. Namun, tawaran tersebut juga ditolak mentah-mentah oleh pemerintah Denmark.

Meski berkali-kali gagal, ketertarikan Amerika Serikat terhadap Greenland tidak pernah benar-benar padam. Ambisi Trump dinilai sebagai kelanjutan dari kepentingan strategis jangka panjang Amerika Serikat di kawasan Arktik.

Dampak Geopolitik ke Depan

Meski menghadapi penolakan keras, langkah Trump diperkirakan tetap akan membawa dampak besar terhadap peta geopolitik global. Persaingan pengaruh di wilayah Arktik diprediksi akan semakin intens dalam beberapa tahun ke depan, seiring meningkatnya kepentingan ekonomi, militer, dan lingkungan.

 

Greenland, dengan segala keistimewaannya, akan terus menjadi pusat perhatian dunia. Terlepas dari berhasil atau tidaknya ambisi Trump, isu Greenland telah membuka babak baru dalam persaingan kekuatan global di kawasan kutub utara.

Langkah diplomatik ini diharapkan mampu membuka jalur komunikasi strategis antara AS dengan Greenland yang merupakan wilayah otonom di bawah Kerajaan Denmark.

 

Meski menuai kritik dan penolakan, langkah Trump dinilai dapat mengubah dinamika hubungan internasional di kawasan Arktik.

Alasan Trump Mengincar Greenland

Ketertarikan Amerika Serikat terhadap Greenland bukan tanpa alasan. Pulau terbesar di dunia tersebut memiliki nilai strategis yang sangat besar, baik dari sisi geopolitik, ekonomi, hingga pertahanan global.

Dari perspektif sumber daya alam, Greenland dikenal memiliki cadangan mineral langka dalam jumlah besar. Mineral ini sangat dibutuhkan dalam industri teknologi tinggi, termasuk produksi baterai kendaraan listrik, perangkat elektronik, serta teknologi energi terbarukan.

Selain mineral langka, Greenland juga menyimpan potensi minyak bumi, gas alam, dan emas yang nilainya diperkirakan sangat fantastis.

Dalam transisi energi global, keberadaan sumber daya tersebut menjadikan Greenland sebagai wilayah strategis yang diperebutkan banyak negara besar. Amerika Serikat melihat peluang besar untuk mengamankan pasokan bahan mentah penting guna menjaga stabilitas industrinya di masa depan.

Selain kekayaan alam, letak geografis Greenland juga menjadi faktor utama. Berada di kawasan Arktik, Greenland memiliki posisi militer yang sangat penting bagi Amerika Serikat.

Wilayah ini dinilai sebagai benteng pertahanan alami untuk memantau pergerakan militer Rusia serta ekspansi ekonomi dan riset ilmiah China di kawasan kutub utara.

 

Keistimewaan Greenland yang Membuat Dunia Melirik

Greenland bukan sekadar pulau es seperti yang sering dibayangkan. Wilayah ini memiliki sejumlah keistimewaan yang menjadikannya sangat bernilai di mata dunia internasional.

 

Salah satu keistimewaan utama Greenland adalah luas wilayahnya yang mencapai lebih dari dua juta kilometer persegi, menjadikannya pulau terbesar di dunia. Namun, populasi penduduknya relatif kecil, sehingga pengelolaan sumber daya alam masih sangat terbuka untuk dikembangkan.

 

Dari sisi iklim dan lingkungan, Greenland memegang peran penting dalam keseimbangan iklim global. Lapisan es raksasa di wilayah ini berfungsi sebagai indikator perubahan iklim dunia.

 

Mencairnya es Greenland dapat berdampak langsung pada kenaikan permukaan air laut secara global, sehingga kawasan ini menjadi pusat perhatian ilmuwan internasional.

 

Selain itu, Greenland memiliki jalur pelayaran baru yang semakin terbuka akibat mencairnya es Arktik. Jalur ini berpotensi mempercepat distribusi perdagangan internasional dan mengubah peta ekonomi global. Inilah salah satu alasan mengapa negara-negara besar berlomba meningkatkan pengaruhnya di kawasan Arktik.

 

Dari sisi politik, Greenland memiliki status otonomi khusus, dengan pemerintahan sendiri meskipun tetap berada di bawah kedaulatan Denmark. Kondisi ini menjadikan Greenland memiliki posisi tawar yang unik dalam percaturan geopolitik global.

Respons Denmark dan Pemerintah Lokal Greenland

Rencana dan ambisi Trump tidak berjalan mulus. Pemerintah Denmark dan otoritas lokal Greenland secara tegas menolak segala bentuk upaya pengambilalihan wilayah tersebut.

Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen, bersama Perdana Menteri Greenland, Jens-Frederik Nielsen, menegaskan kedaulatan wilayah Greenland berakar kuat pada hukum internasional.

Mereka menyatakan Greenland bukan komoditas yang dapat diperjualbelikan. Pemerintah Denmark dan Greenland menuntut penghormatan penuh terhadap integritas teritorial serta prinsip-prinsip hukum internasional.

Dalam pernyataannya, mereka menegaskan bahwa Greenland adalah milik rakyat Greenland, dan tidak akan pernah dijual kepada pihak mana pun.

Penegasan ini menjadi sinyal kuat ambisi Trump akan menghadapi tantangan diplomatik yang sangat besar, baik dari Denmark maupun komunitas internasional.

Sejarah Ambisi Amerika Serikat di Greenland

Donald Trump bukanlah tokoh pertama yang mencoba mengakuisisi Greenland. Sejarah mencatat Amerika Serikat telah lama menunjukkan ketertarikan terhadap pulau tersebut.

 

Pada 1867, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sempat menjajaki kemungkinan pembelian Greenland dan Islandia. Upaya ini kemudian berlanjut pada era Presiden Harry Truman yang menawarkan dana sebesar US$ 100 juta kepada Denmark dalam bentuk emas untuk membeli Greenland. Namun, tawaran tersebut juga ditolak mentah-mentah oleh pemerintah Denmark.

 

Meski berkali-kali gagal, ketertarikan Amerika Serikat terhadap Greenland tidak pernah benar-benar padam. Ambisi Trump dinilai sebagai kelanjutan dari kepentingan strategis jangka panjang Amerika Serikat di kawasan Arktik.

 

Dampak Geopolitik ke Depan

Meski menghadapi penolakan keras, langkah Trump diperkirakan tetap akan membawa dampak besar terhadap peta geopolitik global. Persaingan pengaruh di wilayah Arktik diprediksi akan semakin intens dalam beberapa tahun ke depan, seiring meningkatnya kepentingan ekonomi, militer, dan lingkungan.

 

Greenland, dengan segala keistimewaannya, akan terus menjadi pusat perhatian dunia. Terlepas dari berhasil atau tidaknya ambisi Trump, isu Greenland telah membuka babak baru dalam persaingan kekuatan global di kawasan kutub utara.


×
Berita Terbaru Update