Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Ekonom mewanti-wanti pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk alert dengan memonitor pergerakan dan outlook kebijakan ekonomi AS

Selasa, 24 Desember 2024 | Desember 24, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-12-23T19:53:13Z


 Ekonom mewanti-wanti pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk alert dengan memonitor pergerakan dan outlook kebijakan ekonomi AS. 

Dalam sepekan rupiah spot turun 1,31% ke Rp 16.222 per dolar AS. Bahkan rupiah sempat menyentuh level 16.300 per dolar AS. Merespons hal itu, ekonom pun memperingatkan pemerintah Indonesia. 

“Kemudian volatilitas yang terjadi di pasar keuangan serta harus memperhatikan likuiditas juga, likuiditas valas di pasar domestik,” ujar Dian Ayu Yustina dalam Investor Market Today IDTV, Senin (23/12/2024). Menurut Dian, pemerintah dan BI perlu terus menggencarkan langkah-langkah stabilisasi di pasar keuangan secara terukur dan hati-hati. Dengan demikian, agar menjamin ketersediaan likuiditas pasar valas uang terjaga sehingga tidak menimbulkan excess pressure terhadap nilai tukar rupiah. “Saya pikir alert dalam arti ini pada level yang mengkhawatirkan,” beber dia memperingatkan pemerintah agar memperhatikan kebijakan ekonomi AS.

Meskipun dikatakan olehnya bahwa kurs rupiah pernah mencapai level Rp 16.500 per dolar AS saat pandemi Covid-19 silam dan tahun lalu. Namun, dengan koordinasi dan sinergi kebijakan antara BI, pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) stabilitas nilai tukar rupiah dapat dijaga ke depan. 

Sebelumnya, diketahui bahwa depresiasi rupiah ini dipicu oleh sentimen global yang didominasi kebijakan suku bunga The Fed, lonjakan indeks dolar Amerika Serikat. Utamanya seusai pengumuman Gubernur The Fed Jerome Powell tentang arah pemangkasan suku Amerika Serikat pada 2025 yang hanya dilakukan sebanyak dua kali sebesar 50 basis poin. Hal-hal inilah yang membuat pemerintah Indonesia harus mewaspadai arah kebijakan ekonomi AS.

×
Berita Terbaru Update