Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada 8 kasus hantavirus tipe Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) yang ditemukan di empat provinsi

Minggu, 29 Juni 2025 | Juni 29, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-28T18:59:54Z

 



Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada 8 kasus hantavirus tipe Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) yang ditemukan di empat provinsi hingga 19 Juni 2025.

Empat provinsi tersebut yakni Yogyakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara. Kasus hantavirus memang telah memicu kekhawatiran, lantaran virus yang berpotensi mematikan itu dapat menyebar tanpa terdeteksi. 

Hantavirus sendiri bisa terjadi lewat paparan hewan pengerat dan sanitasi yang buruk. Meskipun, saat ini semua pasien yang terinfeksi HFRS telah pulih.

Meskipun tidak perlu ada kekhawatiran publik pada tahap ini, para ahli kesehatan merekomendasikan untuk memperkuat pengawasan penyakit dan meningkatkan upaya pendidikan publik, dengan mencatat bahwa virus tersebut dapat menyebar secara diam-diam di daerah berisiko tinggi.

Lalu, apa itu hantavirus yang ditularkan oleh hewan? 

“Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung dengan hewan pengerat, dan berdasarkan penelitian yang ada, belum ada penularan dari manusia ke manusia,” ungkap kementerian kesehatan dalam situsnya, Sabtu (28/6/2025).HFRS terutama menyerang ginjal dan telah dilaporkan di tempat lain di Asia dan Eropa. Sindrom paru hantavirus (HPS), penyakit umum lainnya yang disebabkan oleh virus tersebut, menyerang paru-paru dan lebih umum terjadi di Amerika.

HPS baru-baru ini menjadi berita utama, setelah adanya laporan bahwa Betsy Arakawa, istri mendiang aktor Hollywood Gene Hackman, meninggal karena penyakit tersebut di rumahnya daerah New Mexico pada Februari tahun ini.

Diyakini bahwa rumah pasangan tersebut telah dipenuhi tikus dan kotoran tikus setelah polisi menemukan sarang hewan pengerat di properti tersebut. Angka kematian global akibat hantavirus bervariasi tergantung pada jenis galur virus, dengan angka kematian rata-rata berkisar antara 5%-15%.Ahli epidemiologi, dan pakar kesehatan masyarakat, Dicky Budiman, mengatakan bahwa delapan kasus HFRS kemungkinan baru terdeteksi karena penyakit lain yang tengah melonjak. 

“Salah satu masalahnya adalah gejala hantavirus mirip dengan gejala leptospirosis, demam berdarah, dan sepsis, dan ini dapat menjadi penghalang untuk diagnosis dan pengobatan. Hantavirus belum banyak diteliti di Indonesia, tetapi beberapa penelitian kecil terhadap sampel darah menunjukkan antibodi hantavirus, yang menunjukkan bahwa beberapa orang di Indonesia sebelumnya telah terinfeksi,” katanya.

“Kemampuan kita untuk mendeteksi virus masih terbatas, begitu pula literasi masyarakat tentang penyakit ini. Penyakit ini endemik di beberapa negara dan, menurut pendapat saya, kemungkinan besar akan endemik di Indonesia.”

Menurutnya, perumahan padat penduduk memiliki potensi lebih besar, apalagi dengan pasar yang memiliki sanitasi buruk, serta area pertanian yang dikelola dengan buruk. Indonesia juga mengalami banjir yang meluas selama musim hujan, yang dapat menyebabkan peningkatan populasi tikus dan penularan hantavirus melalui hewan pengerat.“Namun, yang terpenting sekarang adalah meyakinkan masyarakat bahwa ini belum sampai pada tahap yang memungkinkan terjadinya pandemi. Ini bukan pandemi baru, tetapi penyakit yang kemungkinan sudah ada sejak lama, seperti leptospirosis, dan kemungkinan hanya akan menyerang penduduk lokal,” kata Budiman.


×
Berita Terbaru Update