Sebuah perusahaan Jepang, AESC, menghentikan sementara pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik senilai US$ 1,6 miliar (sekitar Rp 26 triliun) di Florence, South Carolina, Amerika Serikat (AS). Keputusan ini diambil karena adanya ketidakpastian pasar electric vehicle (EV) dan kebijakan tarif impor AS.
“Karena adanya ketidakpastian kebijakan dan pasar, kami menghentikan sementara pembangunan fasilitas kami di South Carolina saat ini,” demikian pernyataan resmi AESC, dikutip dari AP, Jumat(6/6/2025).
Gubernur South Carolina dari Partai Republik, Henry McMaster mengatakan AESC sedang menghadapi kemungkinan hilangnya insentif pajak federal bagi pembeli kendaraan listrik, insentif bisnis kendaraan listrik (EV), serta ketidakpastian tarif yang berkaitan dengan kebijakan Presiden Donald Trump.Pabrik AESC di South Carolina seharusnya memasok sel baterai ke BMW, yang sedang membangun fasilitas perakitan baterai sendiri di dekat pabrik utamanya di Greer. BMW menyatakan jeda pembangunan oleh AESC tidak akan mengubah rencana mereka untuk membuka pabrik pada 2026.
Sebelumnya, AESC sempat merencanakan pembangunan pabrik kedua di lokasi yang sama, tetapi membatalkannya awal tahun ini setelah menyimpulkan bahwa pabrik pertama cukup untuk memenuhi permintaan BMW. Akibat perubahan rencana tersebut, pejabat negara bagian menarik bantuan sebesar US$ 111 juta yang awalnya dijanjikan.South Carolina memang tengah gencar menarik investasi di sektor kendaraan listrik. Scout Motors, anak perusahaan Volkswagen, berencana menginvestasikan lebih dari US$ 4 miliar dan membuka 10.000 lapangan pekerjaan lewat pembangunan pabrik SUV listrik yang dijadwalkan beroperasi pada 2027.
Meski South Carolina selama ini sukses menarik produsen asing seperti BMW, Michelin, dan Samsung, muncul kekhawatiran bahwa kebijakan tarif tinggi yang diusulkan Presiden Trump dapat mengguncang atau bahkan mengganggu hubungan strategis tersebut.