Kawasan kumuh masih menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pembangunan perkotaan di seluruh dunia.
Pertumbuhan penduduk yang cepat, urbanisasi yang tidak terencana, serta keterbatasan akses terhadap perumahan layak membuat jutaan orang terpaksa tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk dan fasilitas minim.Fenomena ini tidak hanya terjadi di negara berkembang, tetapi juga di beberapa negara dengan populasi besar dan urbanisasi tinggi.
Berdasarkan laporan lembaga internasional terbaru yang dikutip dari Business Insider Africa yang dikutip Beritasatu.com, Rabu (15/10/2025), berikut ini adalah sepuluh negara dengan populasi kawasan kumuh terbesar di dunia.
Data ini dihitung berdasarkan jumlah absolut penduduk yang tinggal di permukiman tidak layak huni, bukan berdasarkan persentase terhadap total populasi negara.
Negara dengan Populasi Daerah Kumuh Terbesar
1. India
- Total populasi: ±1,46 miliar jiwa.
- Penduduk di kawasan kumuh: ±262 juta jiwa.
Sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia, India menanggung beban besar dalam penyediaan hunian layak.
Pertumbuhan kota yang pesat, terutama di Mumbai, Delhi, dan Kolkata, menyebabkan jutaan warga bermukim di kawasan kumuh tanpa akses air bersih dan sanitasi memadai.
Program perumahan pemerintah terus digencarkan, namun masih tertinggal dari laju urbanisasi yang sangat cepat.
2. Nigeria
- Total populasi: ±237,5 juta jiwa.
- Penduduk di kawasan kumuh: ±64 juta jiwa.
Nigeria menghadapi tantangan besar dalam pembangunan perumahan di tengah pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Di kota besar seperti Lagos, kawasan kumuh tumbuh cepat di sepanjang pesisir dan sungai.
Keterbatasan lahan, kemiskinan, dan urbanisasi tanpa perencanaan menjadi penyebab utama kondisi ini.
3. Bangladesh
- Total populasi: ±175,7 juta jiwa.
- Penduduk di kawasan kumuh: ±41 juta jiwa.
Bangladesh dikenal sebagai salah satu negara dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia.
Permukiman kumuh di Dhaka menampung jutaan warga yang datang dari desa untuk mencari pekerjaan.
Masalah utama yang dihadapi adalah kepadatan ekstrem, minimnya infrastruktur, dan keterbatasan lahan perkotaan.
4. Pakistan
- Total populasi: ±255,2 juta jiwa.
- Penduduk di kawasan kumuh: ±40 juta jiwa.
Pakistan memiliki tantangan serupa dengan Bangladesh. Kota-kota besar seperti Karachi dan Lahore menghadapi tekanan besar akibat migrasi desa-kota.
Permukiman kumuh tumbuh di wilayah pinggiran dengan akses air dan listrik terbatas, menimbulkan risiko kesehatan dan sosial bagi warganya.
5. Indonesia
- Total populasi: ±285,7 juta jiwa.
- Penduduk di kawasan kumuh: ±33 juta jiwa.
Indonesia menempati posisi kelima dalam daftar ini. Pertumbuhan kawasan kumuh di Tanah Air dipicu oleh laju urbanisasi yang sangat cepat tanpa perencanaan kota yang matang.
Lebih dari 56% penduduk Indonesia kini tinggal di wilayah perkotaan, terutama di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar.
Keterbatasan lahan, harga tanah tinggi, serta kesenjangan ekonomi antara desa dan kota memperburuk situasi ini.
Pemerintah telah menjalankan program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) serta pembangunan rumah vertikal untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Hingga kini, program Kotaku telah menurunkan luas kawasan kumuh di lebih dari 11.000 kelurahan. Namun, tantangan pembiayaan, lahan, dan pertumbuhan penduduk masih menjadi hambatan menuju target "0 hektare kawasan kumuh".
6. Brasil
- Total populasi: ±212,8 juta jiwa.
- Penduduk di kawasan kumuh: ±32 juta jiwa.
Brasil memiliki kawasan kumuh terkenal bernama favela. Di kota seperti Rio de Janeiro dan São Paulo, favela menjadi simbol kesenjangan sosial yang mencolok.
Pemerintah Brasil berupaya melakukan revitalisasi dan integrasi kawasan kumuh agar lebih layak huni tanpa menggusur penduduk asli.
7. Republik Demokratik Kongo
- Total populasi: ±112,8 juta jiwa.
- Penduduk di kawasan kumuh: ±31 juta jiwa.
Kongo menghadapi masalah serius dalam penyediaan infrastruktur dasar seperti listrik dan air bersih.
Pertumbuhan kota Kinshasa yang pesat menyebabkan banyak warga tinggal di kawasan kumuh dengan kondisi sanitasi buruk dan infrastruktur minim.
8. Etiopia
- Total populasi: ±135,5 juta jiwa.
- Penduduk di kawasan kumuh: ±22 juta jiwa.
Etiopia berjuang menghadapi pertumbuhan urbanisasi tanpa diimbangi perencanaan perumahan.
Addis Ababa menjadi kota dengan pertumbuhan kawasan kumuh tercepat di Afrika Timur. Pemerintah mulai membangun perumahan sosial untuk mengurangi ketimpangan ini.
9. Filipina
- Total populasi: ±115 juta jiwa.
- Penduduk di kawasan kumuh: ±21 juta jiwa.
Di Manila dan sekitarnya, kawasan kumuh menjadi pemandangan umum akibat migrasi besar-besaran dari provinsi.
Keterbatasan lapangan kerja dan kenaikan harga tanah membuat banyak keluarga tinggal di bangunan sementara di sepanjang rel kereta dan tepi sungai.
10. Kenya
- Total populasi: ±57,5 juta jiwa.
- Penduduk di kawasan kumuh: ±10 juta jiwa.
Nairobi memiliki salah satu kawasan kumuh terbesar di Afrika, yaitu Kibera.
Kemiskinan ekstrem, pengangguran, dan minimnya akses layanan publik membuat banyak warga terjebak dalam siklus kesulitan hidup.
Program pemerintah untuk memperbaiki kondisi ini terus berjalan, meski hasilnya belum merata.
Dampak Sosial dan Ekonomi dari Kawasan Kumuh
Kehidupan di kawasan kumuh tidak hanya berdampak pada aspek fisik lingkungan, tetapi juga pada kesejahteraan sosial dan ekonomi warganya. Beberapa dampak utama yakni:
- Rendahnya akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan.
- Risiko penyakit menular akibat sanitasi buruk.
- Ketimpangan ekonomi dan terbatasnya kesempatan kerja.
- Kurangnya keamanan dan kepastian hukum atas tempat tinggal.
Menurut World Bank (2024), kondisi permukiman kumuh dapat menurunkan produktivitas nasional hingga 3% per tahun.
Upaya Global Mengatasi Permukiman Kumuh
Berbagai negara mengadopsi strategi berbeda untuk mengatasi kawasan kumuh, antara lain:
- Pembangunan perumahan sosial dan subsidi hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
- Revitalisasi kawasan kumuh tanpa menggusur penduduk (in-situ upgrading).
- Peningkatan infrastruktur dasar seperti air bersih, listrik, dan drainase.
- Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam perencanaan tata kota.
- Pemberdayaan komunitas lokal dalam program perumahan berkelanjutan.
Daftar sepuluh negara dengan populasi kawasan kumuh terbesar di dunia menunjukkan bahwa urbanisasi masih menjadi tantangan utama bagi negara berkembang. Indonesia, yang berada pada posisi kelima, memiliki peluang besar untuk memperbaiki kualitas hidup warganya melalui kebijakan perumahan inklusif dan penataan kota berkelanjutan.
 
 
 
