-->

Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Universitas Oxford, Inggris mendapatkan kritikan tajam dari netizen Indonesia serta akademisi dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan

Senin, 24 November 2025 | November 24, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-23T18:16:12Z

 Universitas Oxford, Inggris mendapatkan kritikan tajam dari netizen Indonesia serta akademisi dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan baru-baru ini. Universitas terkenal itu dikritik terkait ekspedisi penemuan bunga Rafflessia hasseltii di Sumatera Barat. 



Diketahui beberapa waktu lalu peneliti Universitas Oxford, Chris Thorogood bersama tim peneliti Indonesia berhasil menemukan Raflessia Hasseltii. “Kami menemukannya! Kami berjalan siang dan malam menembus hutan hujan Sumatera yang dijaga harimau dan hanya bisa diakses dengan izin khusus demi ini,  Rafflesia hasseltii. Hanya sedikit orang yang pernah melihat bunga ini, dan kami menyaksikannya mekar pada malam hari. Ajaib," tulis Chris Thorogood waktu itu. 

Temuan itu langsung mendapat apresiasi dari Universitas OXford. Sayangnya, apresiasi itu seakan mengeyampingkan upaya keras tim peneliti dari Indonesia. “Rafflesia hasseltii: A plant seen more by tigers than people. Yesterday, Oxford Botanic Garden's @thorogoodchris1 was part of a team that trekked day and night through tiger-patrolled Sumatran (an island in Indonesia) rainforests to find Rafflesia hasseltii,” tulis mereka di akun media sosial resmi X, Minggu (23/11/2025). 

Unggahan itu memang jelas tidak menyertakan penjelasan mengenai rekan peneliti Indonesia yang terlibat. Hilangnya kredit ilmiah ini memicu kritik karena dianggap bertentangan dengan etika kolaborasi dalam riset internasional.

Kritik publik semakin menguat setelah Anies Baswedan ikut menyampaikan tanggapan terbuka melalui akun media sosialnya. Ia menegur Oxford dengan menyebut bahwa nama peneliti Indonesia seharusnya tidak diabaikan.

Dear @UniofOxford, our Indonesian researchers, Joko Witono, Septi Andriki, and Iswandi,  are not NPCs. Name them too," tulis Anies. 

Unggahan itu memicu gelombang respons netizen yang melihat persoalan ini bukan hanya soal penyebutan nama, tetapi juga sensitivitas terhadap kontribusi ilmiah dari negara berkembang. Beberapa komentar bernada sinis menyebut respons Universitas Oxford sebagai “typical colonizers,” sementara komentar lain menyatakan bahwa publik seharusnya “tidak perlu meminta validasi dari institusi bekas penjajah.”

Sebagian netizen juga membawa perspektif personal. Ada yang menceritakan pengalaman mendampingi orang tua meneliti Rafflesia di Kalimantan, menunjukkan bahwa proses menemukan bunga tersebut bukan hal sederhana. Ada pula yang mengingatkan bahwa dalam video ekspedisi terlihat keterlibatan warga lokal, “Jangan lupakan Pak Iwan juga, sepertinya beliau yang pertama kali menemukan.”

Di sisi lain, ada komentar yang mencoba meredam situasi dengan menyerukan agar publik tidak terlalu bereaksi, dan menyarankan agar lembaga riset Indonesia seperti BRIN mempublikasikan temuan serupa secara mandiri.

Ironisnya, dalam unggahan pribadi, Chris Thorogood justru sudah menyebutkan nama ketiga peneliti Indonesia secara lengkap. Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan publik mengenai alasan akun resmi Oxford tidak melakukan hal yang sama, padahal dokumentasi Rafflesia hasseltii yang mekar merupakan momen yang sangat jarang terjadi dan hanya mungkin tercapai melalui kerja bersama.


×
Berita Terbaru Update